Dalam
kehidupan dunia, manusia pasti memiliki target dan tujuan hidup masing-masing.
Dengan berbagai perencanaan dan refrensi, mereka rela melakukan apa saja untuk
mencapai apa telah menjadi tujuan mereka. Hingga kata sukses sering kali mereka
agungkan ketika telah mendapatkan hasil yang sesuai dengan planning yang telah mereka rencanakan. Dalam berbagai definisi yang
ada, kesuksesan bisa dikatakan sebagai keberhasilan yang didapatkan oleh
seseorang ketika mereka mampu dan bisa mencapai tujuan. Sukses juga sering
dijadikan impian. Untuk mencapai kata sukses tersebut, manusia perlu melakukan
berbagai usaha. Seperti melakukan perencanaan yang matang dengan diimbangi
dengan berbagai pertimbangan mengenai hambatan dan dukungan yang nantinya akan
terjadi dalam pelaksanaan sebuah perencanaan. Menentukan tujuan yang pasti dan
identifikasi situasi dan kondisi.
Kesuksesan
termasuk pandangan yang bersifat subjektif. Yang mana untuk mengatakan sebuah
usaha atau kegiatan bisa dianggap sukses, setiap orang memiliki pandangan dan
ukuran masing-masing dalam memaknai sebuah kesuksesan. Secara general seseorang bisa dikatakan sukses
apabila ia telah mencapai tujuannya. Misal, seorang pengusaha akan mengatakan
dirinya bisa dibilang kaya ketika ia memiliki mobil, perusahaan dan lain-lain.
Pendangan seperti ini mungkin saja bisa berbeda dengan orang-orang biasa yang
hidup sederhana di perkampungan kelas menengah hingga kelas bawah. Mungkin bisa
jadi bagi mereka makna kaya bisa dikatakan ketika mereka bisa makan enak setiap
harinya, tanpa perlu memiliki mobil, perusahaan dan lain-lain seperti pandangan
orang-orang pengusaha. Begitulah perbedaan pengalaman personal dan kultural
setiap orang berpengaruh menentukan ukuran bagi mereka masing-masing dalam
memaknai sebuah kesuksesan.
Senada dengan
yang telah dipaparkan oleh salah satu ahli semiologi yakni Roland Barthes.
Dalam teori mitologinya ia membahas mengenai pemaknaan terhadap sesuatu yang
terjadi di masyarakat. Dalam sistem pemaknaan Barthes ia menjelaskan mengenai
makna denotasi (makna sebenarnya yang ditangkap oleh panca indra dalam proses
sensasi) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman dan kultural
personal). Selain itu Barthes juga melihat aspek lain dari sistem penandaan,
yaitu “mitos” yang menandai suatu masyarakat. Mitos menurut Barthes terletak
pada tingkat kedua pemaknaan, jadi setelah terjadi pemaknaan secara denotasi
dan konotasi, tanda tersebut akan menjadi tanda baru yang kemudian memiliki
petanda kedua dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki
makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi
tersebut akan menjadi mitos.
Jika
dihubungkan pada pandangan setiap orang yang berbeda mengenai kesuksesan, dalam
semiologi yang ditawarkan Barthes dapat menjadikan pemaknaan konotasi
berkembang menjadi denotasi yang kemudian dapat disebut sebagai mitos yang
dipercaya dan diakui bagi golongan-golongan masyarakat tertentu sesuai dengan
latar belakang dan lingkungan masing-masing. Bagi kelompok pengusaha akan
mengakui kesuksesan apabila mereka memiliki kekayaan sesuai dengan pandangan
dan ukuran menurut mereka. Berbeda dengan orang-orang yang tergolong masyarakat
menengah kebawah, yang belum tentu menjadikan kekayaan sebagai ukuran
kesuksesan bagi mereka.
Selain itu,
kesuksesan ciptaan media juga berpengaruh terhadap pandangan-pandangan yang
muncul mengenai kesuksesan. Kekutan media berkesempatan besar menyumbang
pemikiran-pemikiran masyarakat melalui kesuksesan yang ditampilkannya. Apa yang
disirakan tak lain dan tak bukan selalu tertuju pada kesuksesan besar dengan
mayoritas menggunakan materi sebagai objek yang nantinya diukur sebagai
pencapaian kesuksesan. Tak jarang media memberitakan seorang public figure yang bisa dikatakan sukses
dengan menonjolkan materi yang ia miliki. Sehingga sedikit banyak membangun
pemahaman bagi masyarakat mengenai kekayaan yang mayoritas dianggap sebagai
kesuksesan. Padahal, kesuksesan tidak hanya tertuju pada satu ukuran saja.
Bukan hanya dengan materi semata seseorang bisa dikatakan sukses, masih banyak
objek lain yang bisa dijadikan sebagai ukuran. Hanya saja paradigma yang
ditawarkan media ini mendapatkan dukungan sekaligus diyakini dan diakui
kebenarannya bagi masyarakat. Pemaknaan yang ditangkap oleh masyarakat mengenai
kesuksesan yang dikabarkan media ini kemudian menjadi makna baru yang diyakini
dan dianggap benar, dengan menganggap kekayaan menjadi salah satu ukuran
kesuksesan seseorang. Begitulah kesuksesan dapat dikatakan sebagai salah satu
bentuk mitos yang tercipta dan berkembangan di masyarakat.
2 komentar:
Thanks infonya. Oiya ngomongin mitos, saya juga nemuin artikel menarik nih yang ngebahas tentang mitos kesuksesan yang masih dipercaya banyak orang. Cek di sini ya man teman: Jangan percaya mitos tentang sukses ini
Saya suka artikelnya https://www.cekaja.com/info/5-sma-swasta-terbaik-di-bandung
Posting Komentar