Jumat, 14 April 2017

Old Story : About The Student Orientation

Sebuah Cerpen


“kring… kring … kring …” dering saat jarum jam yang belum genap menuju angka tiga itu telah membuat seorang gadis terkejut dan segera bangun dari tidurnya. Masih sangat ngantuk yang dirasakannya. Tapi hari ini dia harus bangun lebih awal dari hari-hari sebelumnya. Beranjak dari tempat tidur dan segera melangkahkan kakinya menuju kamar mandi dan menyadarkan dirinya dengan air dingin yang mengguyur seluruh badannya. Semua penghuni rumahnya masih terlelap dalam tidurnya. Tapi gadis itu harus mempersiapkan apa yang diperlukannya sendiri.
Mengawali cerita baru setelah meninggalkan kisah putih abu-abu yang telah jadi sejarah baginya. Menjalani kisah baru yang akan dimulai hari ini. Seorang gadis yang belum terlalu mengenal kejamnya dunia luar. Banyak hal baru yang harus dilaluinya. Adaptasi yang keras harus ia lalui. Karna dirinya lulusan pondok. Wajarlah, kehidupan dipondok tak begitu bebas seperti diluar.
Akulah gadis itu. Entah bagaimana keadaan yang akan ku lalui dalam kisah baruku ini. Sebelumnya aku hanya mengenal dunia luar yang dulu, tapi yang sekarang, entahlah banyak sekali perubahan yang tak kusaksikan.
Pagi ini aku harus cepat-cepat bergegas menuju kampus yang kini jadi tempatku berlabuh tuk menimbah ilmu. Semua perlengkapan telah aku siapkan sebelumnya. Hari ini tinggal memakainya saja. Berangkat dan melalui jalanan yang masih sepi pengendara. Tepat pukul 04.30 adzan berkumandang di masjid yang berada dikampus. Aku pun segera mengambil air wudlu dan mengikuti sholat berjamaah. Belum usai do’a ku panjatkan, terdengar teriakan yang begitu ricuh diluar.
Awalnya tak kuhiraukan teriakan-teriakan itu. Namun saat aku mendengar salah satu dari mereka memanggil fakultas ku, aku tertarik untuk menyimaknya. “fakultas dakwah cepetan ! lari ! lari ! cepet !” aku pun segera lari menuju gedung fakultas dakwah. Namun ditengah langkahku, aku terhenti dan tak mampu lagi mengayunkan kakiku. Salah satu kakak panitia menghampiriku dan berteriak tepat ditelingaku “wooie … enggak bisa lari ta kamu ? cepetan ! jangan enak-enakan jalan !”. pengen tertawa rasanya, karna sebelumnya aku sudah pernah menjadi panitia seperti mereka di sekolahku dulu. Setelah semuanya telah berbaris rapi didepan gedung fakultas dakwah. Kakak-kakak panitia mengajak kita untuk pemanasan bersama. Bernyanyi berbagai lagu-lagu mahasiswa. Satu jam berlalu, kini saatnya kita makan, tapi “what..?” beberapa dari kita disuruh maju kedepan gara-gara membawa sendok untuk makan. Emang sih enggak ada perintah untuk membawa sendok. Alhasil mereka-mereka harus menerima hukuman.
Dkegiatan berikutnya yang telah tersusun rapi yaitu sebuah upacara resmi pembukaan “orientasi studi cinta akademik dan almamater 2013”yang menerbangkan balon-balon keudara bebas.
Kegiatan selanjutnya yaitu menaiki beberapa anak tangga untuk dapat sampai di aula fakultas dakwah yang berada dilantai paling atas. Entah berapa ratus jiwa yang memasuki aula saat ini. Mahasiswa baru dari berbagai jurusan di fakultas dakwah, belum lagi ditambah jumlah para panitia yang mengawasi jalannya acara yang dimulai hari ini.
Kegiatan berjalan lancar hari ini hingga matahari beranjak pergi dari tugasnya. Senja pun telah berganti malam. Aku masih menunggu teman yang akan pulang bareng bersamaku. 30 menit berlalu dalam penantianku. Akhirnya kulihat seorang gadis yang berlari menghampiriku. Tak salah lagi, dialah teman yang akan menemani kepulanganku. 20 menit perjalanan menuju rumah akhirnya berlalu. Aku membuka pintu kamarku dan segerah menjatuhkan tubuhku diatas kasur tuk sejenak meluruskan tulang punggungku. Eits, aku g boleh langsung tidur. Kembali bangun dan mandi, kemudian makan dan melanjutkan sesuatu yang aku tak sabar tuk melakukannya. Baru saja ku pegang guling dan bantal ku, tapi fikiran ku sudah melayang entah kemana. Terbawa angin yang terkibas oleh kipas angin yang turut menyenyakkan tidurku. Malam ini aku tak bermimpi apa-apa. Mungkin karna capeknya aku seharian dengan kegiatan baruku.
Belum genap pukul tiga pagi, alarmku kembali berbunyi dan memaksa ku tuk membuka mata dan bersiap tuk menjalani hari kedua OSCAAR 2013. Peralatan masih sama dengan hari pertama. Tapi kali ini kisahnya ada yang berbeda. Dari kegiatan awal baik-baik saja, namun saat pemeriksaan atribut, aku kenak deh sama kakak-kakak senior itu.
Aku dan beberapa maba disuruh joget “caisar”, oh my God, I can’t do it. Semua kakak senior mengeluarkan suara-suara bentakan kepada kita semua. Ah, entah itu ngomong apa , g penting. Karna diantara omongan mereka ada yang tak patut ditiru. Hanya satu yang menjadi pertanyaan tersendiri bagiku. Salah seorang kakak senior berkata tepat didepanku “ini namanya degadrasi, mahasiswa kok berjiwa seperti ini , mau jadi apa Indonesia kedepan ?.”
Memang benar dari kalimat itu, dari semua kata yang terucap, menurut ku hanya kalimat itu yang berarti bagiku. Entah kakak siapa yang melontarkan kalimat itu. Memberkanku rasa penasaran akan arti dari kata “degadrasi”. Arti apa yang terkandung dalam kata itu. Sebelumnya belum pernah kudengar kata itu, memang begitu asing.
Selanjutnya kami yang berdiri dengan kesalahan kami ini melakukan apa saja yang jadi perintah dari kakak-kakak senior.
Padahal cuman sedikit kesalahan yang aku lakukan, tapi hukumannya disamakan dengan anak-anak yang kesalahannya banyak. Sebuah hukuman yang menjadi kesan tersendiri bagiku. Meski sungguh memalukan bila dingat, tapi rasanya pengen mengulang kembali hal lucu tersebut, gokil abiz dech.
Kegiatan selanjutnya yaitu pemberian materi oleh beberapa pemateri yang telah mempersiapkan semuanya jauh-jauh hari. Lumayan membosankan saat pemberian materi, tapi kita harus melalui itu semua untuk bias jadi mahasiswa.
Setelah materi utuh diberikan, kemudian sesi pertanyaan telah dibuka, ada rasa takut, malu dan enggak berani untuk maju dan bertanya. Tapi ada sebuah pertanyaan yang jadi penasaran dalam otak ku. Dengan penuh percaya diri aku beranikan bertanya untuk melengkapi pengetahuanku yang masih mengganjal maknanya.
Saat aku berdiri dan melihat kakak yang duduk didepan sebagai moderator, mengingatkanku pada kakakyang memberikan aku pertanyaan yang belum terjawab tadi. Tak salah lagi, dia adalah kakak yang memarahiku tadi pagi. Bertambah campur aduk yang aku rasakan, percaya diriku agak berkurang. Tapi sudah terlanjur aku mengangkat tangan tuk bertanya. Pertanyaan yang ingin aku tanyakan entah pergi kemana. Jadi apa yang aku tanyakan tak seperti sebelumnya.
Tapi untunglah, dari jawaban yang diberikan oleh pematerri memberikan aku masukan untuk segera mengetahui apa yang sebenarnya jadi pertanyaanku. “apa yang kalian tidak ketahui, memberikan jawaban atas pertanyaanku.
Kegiatan berjalan seperti hari sebelumnya. Namun saat sore harinya ada kegiatan yang berbeda dari hari pertama. Yaitu lomba orasi dari setiap fakultas. Teriakan support terdengar dan bergema di lapangan yang begitu luas. Tak kalah juga dengan dukungan dari fakultas dakwah, semua bersorak untuk menyemangati teman kita yang menjadi perwakilan untuk menjadi orator. Sayngnya aku sama sekali tak ada keinginan untuk menjadi orator.
Berakhir dengan meriah, karna teman kita yang menjadi perwakilan dari fakultas dakwah meraih juara dua.
Malam ini kembali kuterlelap tanpa sadar sesaat saja menyentuh teman tidurku, bantal dan guling. Malam ini tak terlalu cepat seperti malam kemaren. Karna ada sebuah kisah singkat yang hadir dalam tidurku. Entah jam berapa aku mengalaminya. Kejadian pagi tadi terulang kembali, sebuah cerita singkat saat aku dimarahin oleh kakak senior.
Belum genap jam tiga suara dering alarm ku kembali berbunyi tuk sadarkanku dan menghentikan cerita singkat itu. Hari ini sangat berbeda dengan dua hari sebelumnya. Bukan lagi peralatan seperti sebelumnya yang akan aku bawa. Tetapi kostum yang aku kenakan jug a berbeda, bahkan sangat berbeda dengan fakultas lain. Huuft , hari ini kami aku harus memakai baju daerah asal masing-masing. Dan aku harus mengenakan baju kebayak yang super ribet banget jalannya.
Tak apalah, toh bukan hanya aku yang ngerasain ribet. Sesampainya dikampus saat jam masih menunjukkan pukul 04.00, aku harus bergegas cepat untuk sampai didepan gedung fakultas dakwah sebelum diobraki. Enggak ngebayangin banget bila harus lari-larian dengan kostum kebayak. Apalagi yang memakai high tinggi-tinggi itu. Untung saja aku hanya memakai sandal biasa. Tapi didalam hatiku deg-deg’an sekali bila kakak senior mengetahuiku memakai sandal biasa.
Kegiatan pagi masih berlangsung seperti sebelumnya. Hingga saat materi, pelajaran yang begitu berarti sekali bagi kita yaitu materi yang membahas tentang “jati diri bangsa dan Negara”. Begitu tepat sekali kalimat-kalimat yang dilontarkan oleh pemateri tentang jati diri Indonesia yang sebenarnya.
Mengetahui hal tersebut membuat tumbuh kembali rasa cinta kepada negara. Tapi melihat kondisi yang sangat miris  sebuah negara yang kita tinggali ini, seperti tak ada lagi harapan. Namun bukan itu yang mahasiswa inginkan, kita disini untuk membebaskan rakyat Indonesia yang seharusnya menjadi majikan orang-orang asing yang datang keindonesia. Bukan malah menjadi buruh dirumah sendiri.
Banyak berbagai cara yang dapat kita persembahkan untuk kemerdekaan Indonesia yang sesungguhnya. Dengan teguhnya belajar dapat membuat diri kita tahu akan suatu pengetahuan. Karena pengetahuan yang kuranglah yang menjadikan negara ini mudah tuk ditaklukkan.
Siang hari yang begitu cetar sinar mataharinya. Mengalahkan berjuta lampu yang menyinari jalan malam. Membuat keringat dibadan kita terus berlomba-lomba untuk keluar. Kembali orasi yang kita lakukan ditenggah terik matahari. Merasakan apa yang dilakukan para buruh yang demo demi kesejahteraan mereka. Begitu penuh perjuangan, berjemur dibawah matahari.
Kami yang hanya demo secara kecil-kecilan dengan menggunakan kostum daerah ini saja sudah merasakan begitu lelahnya. Berteriak demi meminta dikembalikan haknya. Bagaimana yang dirasakan oleh buruh-buruh itu. Pastinya mereka lebih memahami atas keadaan yang telah mereka alami sendiri kepahitannya.
Lumayan lama untuk mengelilingi kampus dengan cara berdemo, yang tak hanya melangkahkan kaki di area yang menyengat, tapi juga lontaran suara yang selalu menyebutkan keinginan kemerdekaan yang asli diIndonesia.
Setelah itu kita kembali ke aula fakultas dakwah. Melanjutkan acara selanjutnya yang membuat kita shock. Kakak-kakak senior memasuki aula dengan wajah yang yang sedap tuk dilihat. Tak ada yang kosong di masing-masing tangan mereka. Semuanya membawa tongkat, meukul segala yang ada didepan mereka. Sayangnya, berkali-kali kita mendengar dan dibentak dengan kata-kata yang seharusnya tak pantas diucapkan itu.
Semua peserta maba diminta pertanggungjawabannya atas segala kesalahan yang telah dilkukan. Kita pun menuruti apa saja yang mereka suruh dengan wajah yang tak bersenyum itu. Hingga akhirnya, beberapa nama diantara kami dipanggil untuk maju tepat dihadapan para kakak-kakak senior. Tiga anak yang telah tersebut namanya itu pun memberanikan diri tuk siap menerima hukuman yang paling berat.
Banyak sekali omongan kakak-kakak senior selama kita berdiri didepan. Hingga tak hanya satu yang tak sadarkan diri karna tak mampu menahan bentakan-bentakan dari kakak-kakak senior itu. Hinga diujung puncak kemarahan para kakak-kakak senior. Dua kakak senior masuk ke aula dan membawa 2 emberr air. Entah apa yang akan dilakukan dengan air itu. Sungguh diluar dugaan kita. Ketiga anak yang terpanggil namanya tadi disiram hingga basah seluruh tubuh mereka dengan air.
Tak ada satupun yang tahu diantara kami mahasiswa baru. Ternyata ketiga anak tersebut tenggah berulang tahun pada hari itu. Dan ini semua sebagai surprise dari kakak-kakak senior, sekalian penutup dari acara OSCAAR FDIK 2013. Detik itu juga kita telah disahkan menjadi mahasiswa fakultas dakwah dan ilmu komunikasi.
Eits,,, kisah OSCAAR belum usai. Hari ini penuh acara hingga malam hari. Malam innagurasi sebagai perayaan bersama kita sebagai mahasiswa baru. Menyaksikan beberapa band yang tercipta dalam lingkup fakultas dakwah. Dan acara berlangsung lancar hingga target yang telah jadi tujuan bersama adanya acara ini.
Malam semakin larut, bulan semakin terang menyendiri di langit. Jauh dari berjuta bintang yang tak terlihat wujudnya. Menemani langkahku menuju tempat peristirahatan sementaraku mala mini. Hingga sampai rumah kembali ku ulangi kegiatan yang tak pernah kutinggalkan setiap harinya.

Melemparkan tubuhku diatas pembaringanku, hingga tak lagi sadar jiwaku tertipu kantuk yang menutupi mataku. Semua ini akan menjadi kenangan tersendiri masa-masa penjajahan yang ku alami. Memberikan kisah sejarah hidup yang tak terlupakan.

0 komentar:

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com