Selasa, 26 Mei 2015

Degradasi Nasionalis Mahasiswa "Refleksi Tragedi Trisakti"

Berawal dari kegerahan masyarakat akan ketidakadilan yang semakin merajalela di Indonesia membangkitkan semangat reformasi warga terutama warga kampus, mulai dari mahasiswa, dosen, karyawan hingga rektor. Tragedi 1998 yang bermotif kepentingan populis untuk menuntut penurunan Soeharto dari kursi kekuasaan yang sudah 32 tahun memanjakannya ini menggerakkan banyak massa untuk serentak turut dalam aksi turun jalan pada 12 Mei 1998 silam. Dipengaruhi oleh krisis finansial yang dialami Asia sepanjang tahun 1997-1999 memberi dampak yang luar biasa pada perekonomian Indonesia. Bukan hanya itu, krisis multidimensi juga turut andil menjajah Indonesia, diantaranya yaitu krisis politik, krisis hukum hingga krisis kepercayaan.
Jatuhnya perekonomian Indonesia sejak 1997 membuat pemilihan pemerintahan Indonesia saat itu sangat menentukan bagi pertumbuhan ekonomi bangsa supaya dapat keluar dari krisis ekonomi tersebut. Pada bulan Maret 1998 MPR menetapkan Soeharto untuk menjadi Presiden kembali, walaupun keputusan tersebut sangat disayangkan oleh mahasiswa dan sebagian masyarakat. Hal ini menyebabkan mahasiswa terpanggil untuk menyelamatkan bangsa ini dari krisis dengan menolak dipilihnya kembali Soeharto sebagai Presiden. Dengan caramelakukan aksi mereka menyurakannya, mulai di kampus hingga turun jalan.
Semangat nasionalis yang dimiliki oleh beberapa mahasiswa yang berusaha mempropanganda massa yang lainnya untuk melakukan gerakan aksi bersama. Dengan bantuan media yang memberitakan mengenai berbagai aksi di berbagai daerah, seperti Yogyakarta, Bogor hingga Jakarta semakin meyakinkan massa untuk melakukan hal serupa secara serentak. Efek yang ditimbulkan media terbilang sangat mempengaruhi, bukan hanya sekedar kognitif (informatif) saja, setelah berhasil menyampaikan pesan secara afektif, media membuat massa terstimuli untuk turut melakukan tindakan. Alhasil sekitar 6000 massa berhasil dibariskan untuk melakukan aksi dengan besar-besaran dari kampus Trisakti menuju gedung MPR.
Bermula dari aksi damai yang dilakukan massa yang membuat aksi mimbar bebas dan acara penurunan bendera setengah tiang yang diiringi lagu Indonesia Raya yang dikumandangkan bersama. Berlanjut dengan perjalanan menuju ke pintu gerbang arah Jl. Jend. S. Parman, belum sempat menginjakkan kaki di gedung MPR para demonstran dihadang oleh sejumlah aparat yang kemudian diantara mereka melakukan perundingan.
Perwakilan dari pihak aparat dan pihak mahasiswa melakukan negosiasi yang mengahasilkan keputusan untuk mundur bagi mahasiswa. Namun sungguh disayangkan, hasil penegosasian yang awalnya diharapkan dapat saling menguntungkan malah menimbulkan masalah. Bukan dari isi perjanjiannya melainkan pihak aparat yang tak mengindahkan hasil negosiasi. Belum sempat seluruh mahasiswa kembali memasuki gerbang kampus Trisakti, terdengar suara ledakan oleh salah satu aparat yang menimbulkan kekacauan tak terkendali, hingga menewaskan empat mahasiswa Trisakti dalam kericuhan tersebut.
Berkaca dari tragedi memilukan tersebut membuat nama mahasiswa sempat diindahkan oleh masyarakat sebagai peran perubahan, yang berorientasi pada kepentingan masyarakat, membela rakyat, hingga menegakkan keadilan. Dengan motif yang jelas serta latar belakang yang mendukung. Nama mahasiswa sampai dianggap sebagai bintang lapangan pada peristiwa yang terjadi di 98’.
Namun bila dibandingkan dengan zaman post modern kini, sudah jarang terdengar lagi yang namanya pergerakan mahasiswa, semangat memperjuangkan kepentingan masyarakat seakan-akan tak lagi hidup dihati para mahasiswa. Entah sistem yang membatasi atau memang keapatisan mahasiswa itu sendiri yang menjadikannya tak tahu atau tak mau tahu mengenai kepentingan masyarakat? Adapun beberapa aksi yang masih dilakukan oleh sejumlah mahasiswa, namun hal itu perlu dipertanyakan motifnya. Apakah demi kepentingan masyarakat atau hanya berorientasi pada kepentingan pribadi seperti pencitraan bahkan urusan perut?
Sebelum melakukan aksi, sebagai mahasiswa yang memegang peran penting harusnya mengenali terlebih dahulu masalah apa yang akan dihadapi. Melakukan analisis dan mengkaji isu secara detail hingga ke akar permasalahnnya. Melakukan riset dan lain sebagainya. Guna mendukung dan memperkuat bukti bahwa apa yang akan dilakukan memang perlu untuk diperjuangkan. Bukan hanya sekedar turut andil dalam barisan tanpa mengetahui tuntutan yang diajukan.
Begitu juga dengan pergerakannya, bukan hanya sekedar aksi turun jalan dan merusak fasilitas negara. Dalam Agama Islam telah mengajarkan tata caramenyeruhsecara baik dan benar. Perlu diketahui konsep “Amar Ma’ruf Nahi Munkar” yang mana hal tersebut menyeruh pada perbuatan yang baik dan melarang perbuatan yang buruk. Dalam beradvokasi kita tidak hanya bertujuan untuk menuntut keadilan, tetapi kita sebagai advokat juga dituntut untuk berlaku adil. Perjanjian yang nantinya akan disepakati tidak hanya menguntungkan pada satu pihak, melainkan juga kepada semua pihak yang terlibat.
Dalam melakukan advokasi juga diperlukan teknik propaganda. Yang mana peranan propaganda sangatlah menentukan hasil negosiasi yang diharapkan dapat memberikan keuntungan bersama. Teknik yang sepantasnya digunakan dalam keadaan zaman sekarang yang lebih tepat adalah menggunakan model Bottom-Up, yang mana teknik ini melakukan pendekatan dari bawah ke atas. Bukan langsung menyerang bagian teratas dengan berbagai sorakan yang tak dihiraukan, dan berakhir dengan kericuhan tak berhasil.
Nilai-nilai advokasi dalam Islam memang sudah ada sejak zaman Rasulullah, yang mana beliau seringkali melakukan perjanjian dengan kaum lain demi kepentingan bersama. Namun apabila hasil negosiasi sudah tak lagi diindahkan dan terasa dirugikan oleh pihak lain, bukan berarti kita hanya diam dan menerima keadaan. Lagi-lagi keadilan harus ditegakkan. Kita harus kembali memperjuangkan dan menuntut keadilan tersebut. sebagai jalan terakhir barulah aksi turu jalan menjadi pilihan untuk menyuarakan tuntutan masyarakat. Begitulah seharusnya yang perlu diketahui sebelum melakukan aksi. Mengetahui akar permasalahan, mengkaji isu dan melakukan advokasi, bukan hanya sekedar turun jalan yang massasendiri tak mengerti latar belakangnya. 
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com