PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Manusia adalah makhluk Tuhan yang istimewa dan yang diberi
sifat serba ingin tahu, man is
curious animal. Keistimewaan manusia dengan kemampuan akalnya ini mampu
untuk melakukan penalaran terhadap fenomena alam dalam kesadarannya. Dengan
kemampuan untuk menalar, kemudian manusia mengembangkan pengetahuan yang
merupakan rahasia kekuasaanNya.
B. Rumusan
masalah
A.
Pegnertian ilmu dan metode keilmuan
B.
Tema dan tinjauan umun filsafat ilmu
C.
Istilah, definisi dan ragam ilmu
pengetahuan
D.
Arah dan fungsi filsafat ilmu
E.
Obyek telaah filsafat ilmu
F.
Cabang-cabang keilmuan filsafat
G.
Fungsi dan tujuan ilmu
C. Tujuan
1. Mengetahui
pengertian ilmu dan metode keilmuan
2. Mengetahui
tema dan tinjauan umum filsafat ilmu
3. Mengetahui
istilah, definisi dan ragam ilmu pengetahuan
4. Mengetahui
arah dan fungsi filsafat ilmu
5. Mengetahui
obyek telaah filsafat ilmu
6. Mengetahui
cabang-cabang keilmuan filsafat
7. Mengetahui
fungsi dan tujuan ilmu
PEMBAHASAN
A. Pengertian
ilmu dan metode keilmuan
Ilmu adalah pengetahuan yang mempunyai
ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri inilah yang membedakan ilmu dan pengetahuan
lainnya. Salah satu cirri keilmuan adalah landasan antologisnya, ialah landasan
yang didasarkan pada jawaban yang diberikan oleh ilmu terhadap
pertanyaan-pertanyaan.[1]
Disamping itu, pertanyaan keman ahakekatnya
menanyakan tentang sesuatu yang telah terjadi baik pada masa lalu, masa
sekarang maupun akan dating. Pertanyaan ini mengakibatkan munculnya tiga macam
pengetahuan.
1.
Pengetahuan
yang timbul dari hal yang bersifat kebiasaan (berulang-ulang) dan pengetahuan
itu kemudian dapat dijadikan pedoman atau titik tolak untuk mengetahui berbagai
hal yang akan terjadi
2.
Pengetahuan
yang lahir dari pedoman yang terkandung dalam adat istiadat/kebiasaan yang
berlaku dalam masyarakat
3.
Pengetahuan
yang timbul dari pedoman yang dipakai sebagai hokum bagi suatu peristiwa yang
dijadikan pegangan. Dengan kata lain pengetahuan yang didapatkan dari jawaban
“kemanakah” tergolong pengetahuan yang bersifat normative (spekulatif).[2]
Objek penelaan ilmu adalah seluruh segi
kehidupan yang dapat diuji oleh panca indra manusia. Dalam usaha memperoleh
pengetahuan, ilmu membuat tiga asumsi mengenai objek empiris tersebut.
1)
Ilmu
berasumsi bahwa objek-objek tertentu, satu dengan yang lain mempunyai
keserupaan misalnya mengenai bentuk struktur, sifat dan sebagainya.
2)
Asumsi
bahwa suatu benda dalam jangka waktu tertentu tidak mengalami perubahan.
3)
Asumsi
bahwa gejala bukan merupakan kejadian yang bersifat kebetulan, tetapi mempunyai
pola tertentu yang bersifat tetap, dengan urutan kejadian yang sama.[3]
Dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia baik
konkret maupun abstrak, yang belum tersusun dan diperoleh dari berbagai sumber.
Sumber dimana pengetahuan tersebut diperoleh disebut sumber pengetahuan.
Sumber-sumber pengetahuan adalah:
1.
Panca
indra
2.
Pikiran
3.
Wahyu
4.
Instuisi
Sedangkan hasil olah pikir manusia ada dalam
berbagai bentuk. Ada yang disebut mithos, filsafat dan ilmu.[4]
B. Tema dan
tinjauan umum filsafat ilmu
Filsafat ilmu ialah penyelidikan tentang
cirri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk memperolehnya. Dengan kata
lain, filsafat ilmu sesungguhnya merupakan suatu penyelidikan lanjutan.filsafat
ilmu tidak berhenti pada pertanyaan mengenai bagaimana pertumbuhan serta cara
penyelenggaraan ilmu dalam kenyataan, melainkan mempersoalkan masalah
metodologik, yaitu mengenai azas-azas serta alasan apakah yang menyebabkan itu
dapat mengatakan bahwa ia memperolaeh pengetahuan “ilmiah”.[5]
C. Istilah,
definisi dan ragam ilmu pengetahuan
Istilah ilmu pengetahuan dalam Bahasa Arab berasal dari kata ‘alima
ya’lamu yang memiliki arti “memahami benar-benar”.
Sedangkan dalam Bahasa Inggris disebut science yang berasal dari Bahasa Latin secientia [pengetahuan] dan scire [mengetahui].
Adapun dalam istilah ilmu
pengetahuan yang selanjutnya disebut ilmu [science] menyandang dua makna, yaitu sebagai
produk dan sebagai proses. Dengan demikian keberadaan ilmu menunjukkan pada
intelektual yang memiliki struktur yang unsur-unsurnya meliputi:
1)
Pra-anggapan
sebagai guiding principle
2)
Bangunan
sistematis yakni metode dan subtansi [konsep dan teori]
3)
Keberlakuan
intersubyektif
4)
Tanggung
jawab etis
Dari sudut subtantasi, dikenal istilah Ilmu
Formal dan Ilmu Empiris. Pada hakekatnya, ilmu lahir, tumbuh, dan berkembang
karena aktifitas penalaran manusia. Dari sejarah ilmu pengetahuan tercatat,
bahwaa penemuan api merupakan budaya yang membedakan manusia dari makhluk lain.
Sehingga, sampai sekarang tak ada makhluk lain yang dapt membuat api.
Penalaran hakikatnya merupakan suatu proses
berfikir dalam menarik suatu kesimpulan berupa pengetahuan. Sebagai suatu
kerangka berpikir, maka penalaran mempunyai cirri-ciri yaitu: adanya suatu pola
berpikir yang secara luas dapat disebut logika, dan sifat analitis dari proses
berpikirnya.
Dengan demikian, penalaran merupakan suatu
kegiatan berpikir yang menyandarkan diri kepada suatu analisis dan kerangka
berpikir yang dipergunakan untuk analisis tersebut adalah logika penalaran yang
bersangkutan.[6]
D. Arah dan
fungsi filsafat ilmu
Tugas pokok studi ilmu pengetahuan adalah
mengembangkan ilmu. Filsafat ilmu bertugas member landasan filosofik untuk
minimal memahami berbagai konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu, sampai
membekalkan kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Secara subtantif fungsi
pengembangan tersebut memperoleh pembekalan dan disiplin ilmu masin-masing,
agar dapat menampilkan teori subtantif. Selanjutnya secara taknis diharapkan
dengan dibentuk metodologi, pengembangan ilmu dapat mengoperasionalkan pengembangan
konsep tesis, dan teori ilmiah dari disiplin ilmu masing-masing.[7]
E.
Obyek telaah filsafat ilmu
Setidaknya ada empat obyek
telaah filsafat ilmu. Dua obyek menelaah subtansinya, dan dua menelaah
instrumentasinya. Berturut-turut obyek filsafat ilmu adalah :
a) Fakta atau kenyataan
b) Kebenaran
c) Uji konfirmassi
d) Logika inferensi
Secara sistematis logika inferensi dapat
diklasifikasikan menjadi empat sisi, yaitu:
1) Logika dalam paradigma kuantitatif dan logika
dengan paradigma kualitatif
2) Sistem logika induktif dan sistem logika
deduktif
3) Penggunaan teori kategorik atau probabilistik
4) Dari sisi eranya, dapat dibagi menjadi tiga,
yaitu:
1. Era positivistik
2. Post positivistic
3. Era postmodern[8]
Untuk menetapkan dasar
pemahaman tentang filsafat ilmu tersebut, sangat bermanfaat menyimak empat titik
pandang dalam filsafat ilmu, yaitu:
1. Filsafat ilmu adalah perumusan world-view yang
konsisten dengan teori-teori ilmiah yang penting
2. Filsafat ilmu adalah suatu eksposisi dari
presupposition dan pre-disposition dari
para ilmuan
3. Filsafat ilmu adalah suatu disiplin almu yang
didalamnya terdapat konsep-konsep dan teori-teori tentang ilmu yang dianalisi
dan diklasifikasikan.
4. Filsafat ilmu merupakan suatu patokan tingkat
kedua.[9]
F.
Cabang-cabang keilmuan filsafat
Pokok permasalahan
yang dikaji filsafat mencakup tiga segi yakni apa yang disebut benar dan apa
yang disebut salah (logika), mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap
buruk (etika), serta apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek
(estetika).[10]
Cabang-cabang keilmuan yang terdapat
dewasa ini, pada dasarnya berkembang dari dua cabang utama, yaitu:
1. Filsafat alam
2. Filsafat moral
Ilmu-ilmu
alam membagi diri menjadi dua kelompok, yaitu:
a) Kelompok ilmu alam
b) Kelompok ilmu hayat
Ilmu
bercabang menjadi beberapa cabang, yaitu:
1. Fisika
2. Kimia
3. Astronomi
4. Ilmu kebumian
5. Dll
Meskipun tidak sepesat ilmu-ilmu
alam, ilmu sosial juga berkembang dan terbentuklah cabang-cabang utama, yaitu
1. Antropolgi
2. Psikologi
3. Ekonomi
4. Sosiologi
5. Ilmu politik
Selanjutnya pada setiap cabang tersebut mempunyai cabang-cabang
lagi yang bertujuan mempelajari bidang yang lebih menkhususkan.[11]
G.
Fungsi dan tujuan ilmu
pada dasarnya, ilmu merupakan
sumber pengetahuan yang berfungsi memberikan penjelasan atau dugaan terhadap
permasalahan yang dihadapi. Ilmu dengan perangkat cara berpikirnya dan
doktrin-doktrinnya telah mampu menganalisis masalah kehidupan dengan berbagai
seginya, termasuk juga masalah moral. Perkembangan teknologi telah memberikan
pengaruh terhadap peradaban manusia, pengaruh positif dan pengaruh negative.[12]
Adapun tujuan ilmu, yaitu:
1. Mendalami unsure-unsur pokok ilmu
2. Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan dan
kemajuan ilmu diberbagai bidang
3. Menjadi pedoman bagi dosen dan mahasiswa dalam
mendalami studi di perguruan tinggi
4. Memdorong pada calon ilmuan untuk konsisten
dalam mendalami ilmu dan mengembangkannya
5. Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan
tujuan antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan.[13]
Kesimpulan
pada prinsipnya ilmu adalah suatu pengetahuan
yang teratur yang terkait dengan hukum sebab akibat yang disebut kausalitas.
Sehingga bilamana seseorang mendapat pengetahuan tentang suatu masalah lewat
suatu informasi, harus disesuaikan dan disusun dengan jalan pikiran mengetahui
sebab kejadiannya dan akibat yang ditimbulkannya. Pengetahuan atau pengalaman
baru dianggap sebagai ilmu pengetahuan apabila pengetahuan itu disertai konsep
kausalitas pada masalah yang dialaminya.
Ilmu adalah merupakan bagian dari pengetahuan,
demikian pula seni dan agama. Jadi dalam pengetahuan tercakup didalamnya ilmu,
seni dan agama. Filsafat sebagaimana pengertiannya semula bias dikelompokkan kedalam
bagian tersebut, sebab pada permulaannya filsafat ilmu identik dengan pengetahuan.
Akan tetapi lama kelamaan ilmu-ilmu khusus menemukan kekhasannya sendiri untuk
kemudian memisahkan diri ari filsafat.
Demikianlah kemajuan berpikir manusai dari
kurun ke kurun mengalami perkembangannya.
Daftar pustaka
M. Zainuddin. Filsafat ilmu : perfektif
pemikiran islam, cet. I, Bayumedia, Jakarta, 2003.
Bakhtiar, amsal. Filsafat ilmu, Rajawali,
Jakarta, 2012.
Purnama, heri. Ilmu alamiah dasar, cet. IV, Rineka
cipta, Jakarta, 2008.
Muhadjir, noeng. Filsafat ilmu: positivism, postpositvisme
dan postmodernisme, cet. II, Rakesarasin, Yogyakarta, 2001.
Peursen, van. Pengantar filsafat ilmu, Tiara
wacan, Yogyakarta, 2003.
Trianto. Wawasan ilmu alamiah dasar: perspektif
islam dan barat, Prestasi pustaka, Jakarta, 2007.
Suhar. Filsafat umum, Gaung persada press,
Jakarta, 2009.
Supriasumantri, jujun s. Filsafat ilmu :
sebuah pengantar populer, Tiara wacana, Jakarta, 2003.
[1]
Heri purnama, Ilmu alamiah dasar(Jakarta:
Rineka cipta, 2008), hal 74.
[2] Suhar, filsafat umum: konsepsi, sejarah dan
aliran(Jakarta: Gaung persada press, 2009), hal 32.
[3]Heri purnama, Ilmu alamiah dasar(Jakarta:
Rineka cipta, 2008), hal 74,75.
[4]
Trianto,
wawasan ilmu alamiah dasar(Jakarta: Prestasi pustaka, 2007), hal 2,3.
[5] Van
peursen, pengantar filsafat ilmu(Yogyakarta: Tiara wacana, 2013), hal
1,2.
[6]
Trianto,
Wawasan ilmu alamiah dasar(Jakarta: Prestasi pustaka, 2007), hal
4,5,6,9.
[7]
Noeng
muhadjir, filsafat ilmu: postivisme, postpositivisme, dan postmodernisme(Yogyakarta:
Rakesarasin, 2001), hal 2,3,4.
[8]
Noeng
muhadjir, filsafat ilmu: postivisme, postpositivisme, dan postmodernisme(Yogyakarta:
Rakesarasin, 2001), hal 6,7.
[9]
M.
Zainuddin, Filsafat ilmu: perspektif pemikiran islam(Jakarta: Bayumedia,
2013), hal 26.
[10]
Jujun
S. Suriasumantri, Filsafat ilmu: sebuah pengantar popular(Jakarta: Pustaka
sinar harapan, 2003), hal 32.
[11]
Heri
purnama, Ilmu alamiah dasar(Jakarta: Rineka cipta, 2008), hal 76,77.
[12]
Heri
purnama, Ilmu alamiah dasar(Jakarta: Rineka cipta, 2008), hal 80.
[13]
Amsal
bakhtiar, Filsafat ilmu(Jakarta: Rajawali, 2012), hal 20.
0 komentar:
Posting Komentar