Selasa, 18 April 2017

PERLU AKSI UNTUK BUKTIKAN FEMINISME

Refleksi Pasca Nobar Film “Kartini”

Film ini menjelaskan tentang kesadaran gender dan kebebasan berfikir. Seorang putri keturunan bangsawan yang diharuskan hidup dengan budaya dan tradisi yang mengekang perempuan untuk tak berbuat lebih dari yang dia bisa. Menuruti adat dan kebiasaan, bahwa tugas perempuan tak lebih dari mengurus rumah. Tapi, kesadaran itu muncul bagi seorang Kartini (diperankan Dian Sastrowardoyo) dan kedua saudaranya, yakni Kartina (diperankan Ayushita) dan Roekmini (diperankan Acha Septriasa). Mereka bersama berusaha mendobrak pemikiran kuno tersebut, tentang perempuan yang perlu dan wajib mengecam pendidikan, tentang kebebasan berpendapat, dan tentang kesetaraan gender.

Yang menarik lagi dari film ini adalah, dijelaskan di dalamnya mengenai sebuah ayat Al-Qur'an oleh seorang ulama’ tersohor yakni Kyai Sholeh bin Umar dari Darat, Semarang (lebih dikenal dengan sebutan Kyai Sholeh Darat) yang kemudian menjadi pelopor penerjemah Al-Qur'an. Beliau adalah guru para ulama besar di indonesia diantaranya: KH. A.Dahlan (pendiri muhamadiyah) KH. Hasyim Asyari (pendiri Nahdlatul Ulama NU). Ayat Al-Qur;an yang dimaksud adalah surat Al-Fatihah, yang mana maknanya belum diketahui sama sekali oleh Kartini. Setelah mendengarkan pengajian yang disampaikan Kyai Sholeh tersebut, Kartini menjadi tertarik untuk mempelajari makna Al-Qur’an dengan bahasa jawa yang selama ini dilarang. Dengan begitu ia sadar akan sesuatu yang selama ini dilarang adalah tidak baik dan menjadi ancaman bagi bangsa sendiri, yakni mengenai kitab suci yang dibaca namun tak diketahui maknanya. Secara tidak langsung pada saat itu Kartini sudah jadi sekuler dan penganut Feminisme.

Selain itu juga tentang ayat yang pertama kali diturunkan ke bumi, yakni  "Iqro' bismirobbikalladzi Kholaq" yang artinya "Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang Menciptakan". Dari ayat ini kita diperintahkan untuk membaca, tidak hanya sebatas membaca tulisan, tetapi juga membaca hal lain, seperti membaca situasi, membaca kondisi lingkungan, membaca keadaan masyarakat, dan membaca yang lain, dalam artian kita sebagai manusia berakal dituntut untuk peka terhadap permasalahan sosial dan peduli sesama. Dalam ayat tersebut tidak disebutkan bahwa yang diperintahkan untuk membaca tidak hanya berlaku bagi kaum laki-laki, tapi semua, baik itu bagi perempuan, kaya ataupun miskin. Yang kemudian ayat ini menjadi motivasi Kartini dalam memperjuangakan feminisme. Dari sini kita mengetahui bahwa peran tidak diklasifikasikan berdasarkan gender, melainkan semua setara dan berhak atas pendidikan, kehidupan dan kebebasan berfikir.

Yang perlu kita sadari adalah bahwa perjuangan di masa lampau adalah bentuk kepedulian para tokoh pejuang terdahulu untuk memberikan kehidupan yang setara baik di kehidupan masa lampau, juga bagi kita di masa sekarang. Sebagai generasi penerus, kita dituntut untuk melek sejarah dan membuktikan bahwa perjuangan feminis yang telah dilakukan sebelumnya tidak akan sia-sia di masa sekarang. Terutama bagi perempuan Indonesia. Kita memang perlu patuh dan menjaga tradisi, tapi kita harus lebih bebas dalam berfikir dan menentukan sikap, seperti dalam hal menghadapi globalisasi, medernisasi dan segala macam perubahan dunia, baik dalam dunia pendidikan maupun dalam menghadapi revolusi teknologi, khususnya media komunikasi dan informasi yang semakin hari semakin canggih. Banyak efek yang termaksud di dalamnya, baik itu efek negatif atau efek positif. Selain itu, pemanfaatan yang baik atas perubahan tersebut juga perlu dilakukan, sebagai bukti bahwa feminisme ataupun kesetaraan gender itu memang pantas diperjuangkan.

Kita, Kartini modern itu ditunggu aksinya, buktinya dan ensesinya. Perjuangan Feminisme sudah usai. Bukan lagi tentang berkobar menegakkan kesetaraan, tapi waktunya mempertahankan dan mmemperkokoh kesetaraan tersebut, biar tak jadi sia-sia, lalu mati begitu saja, kemudian kembali ke penindasan semula, dan kita tak lebih dari sekedar generasi payah. Maka, jadilah Kartini yang tangguh terhadap segala hal, dalam semua kondisi, dan segala macam perubahan. Karena sesungguhnya telah terwarisi darah Kartini bagi diri kita, perempuan Indonesia.

0 komentar:

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com