Sabtu, 29 November 2014

Jika Aku Menjadi Penulis Handal

Masih dikamar yang sederhana, Surabaya

Kembali dingin yang selalu kurindukan kali ini  menyentuh kesendirianku. Kilauan gelapnya malam menyapaku dalam kesunyian tentram. Masih terlihat jelas kerlap-kerlip lampu kota menghiasi dataran rendah disana. Sungguh kecil dan indah. Cemara menjulang tinggi mengelilingiku dipinggiran jalan ini. Jalan yang ramai disiang hari oleh para pencari kayu dan getah karet yang lalu lalang tetap istiqomah mengais rejeki ditempat ini, namun berbeda saat metahari tak menunjukkan lagi batang hidungnya. Jalanan ini begitu sepi dan gelap, hanya ada satu lampu yang menerangi pinggiran jalan ini. Apalagi bila kutatap jauh kearah yang lebih tinggi diatasku, tak sedikitpun dapat kulihat.
Kenyamanan kudapati saat kurebahkan badanku ditengah jalan beraspal ini, jangan kira aku berada dijalan raya yang penuh keramaian. Tidak, namun ini sebaliknya, jalanan beraspal ini berada ditenggah bukit diantara salah satu pegunungan pulau jawa. Kudapati juga kilauan sinar bertaburan diangkasa. Sambil angin dingin terus menerpaku hingga menusuk tulangku yang sekiranya telah membeku bersama kulit.
Tempat yang selalu ingin kukunjungi, ingin selalu kunikmati kesejukan udara sehat ini, tapi kuasaku hanya memberiku kesempatan sesekali berkunjung ketempat nyaman ini. Ya … sangat bersyukur sekali aku sudah bisa mengenal dan menginjakkan langkahku dibumi rindang ini.
Bukanlah tempat dimana aku sedang berada saat ini, namun tempat ini yang selalu memberiku inspirasi, tempat yang selalu mendukungku untuk terus menuangkan kreasi apapun dalam pikiranku untuk kulukis diatas keyboard laptop sederhana milikku. Entah itu ternilai ataupun tidak, namun inilah yang aku punya.
Masih tetap didalam ruangan sederhana dengan almari kecil yang berdiri dipojokan itu, dan gantungan baju yang selalu menghiasi dinding kamar pribadiku. Kipas angin yang tergantung tepat diatasku ini, juga terus menyala tanpa hentinya karna cuaca yang memaksanya begitu. Tumpukan buku yang terkadang rapi, terkadang juga lebih parah dari kapal pecah. Begitu juga dengan dinding yang tak lagi terlihat putih, semua masih tetap sama, merekalah yang menemani malam-malamku tiap hari.
Membosankan .. sungguh, ya beginilah, disini juga lah aku memulai aktivitasku. Namun tak akan terhenti sampai disini. Untuk memancing imajinasiku, kerap kali aku menempatan diriku pada suasana yang begitu nyaman. Membayangkan diriku seolah berada ditempat yang begitu indah dan memberiku banyak inspirasi. Lagi-lagi tempat yang menyatu dengan alam. Bayangan akan jalanan sepi diperbukitan kini berada disekelilingku. Itulah yang selalu aku lakukan dikala aku bosan dengan keadaan kamar.
Malam selalu jadi waktu pilihanku untuk mengutarakan segala penat rasa yang menyelubungi hari-hariku. Berteman musik sembari jemariku berdansa ria diatas keyboard laptop. Entah kenapa waktu ini lebih membuka segala inspirasiku, ketimbang dipagi ataupun siang hari yang penuh dengan aktivitas yang melelahkan. Tak lain bedanya dengan catatan-catatan sebelumnya, keluh kesah, harapan serta impian jadi bahan dalam kalimat pada setiap paragraph narasiku.
Ini bukan lagi awalnya, melainkan ini adalah kesekian kalinya aku mencoba. Terus mencoba dan mencari hal-hal baru dalam setiap huruf dalam sastraku. Sudah lama kebiasaan menulisku ini melekat pada diriku. Sejak kecil aku sudah membiasakan diri untuk menulis catatan harian pada buku agenda yang hingga kini terkumpul banyak, layaknya buku-buku bersejarah bagiku. Dari buku itu aku bisa mengingat lagi kejadian-kejadian lucu ataupun menyedihkan yang pernah aku alami.
Sangking asyiknya aku setiap kali menulis, membuatku cukup penasaran dengan dunia tulis menulis. Awal ku menginjak usia belasan, dimana aku duduk dibangku SMP, aku mulai mengenal sesuatu yang disebut NOVEL. Apa itu novel aku belum tau, kenapa banyak sekali orang yang menyukai barang ini. Apa yang membuat barang ini menarik banyak perhatian.
Saat aku bertanya pada salah satu teman tetangga yang sekaligus menjadi kakak kelasku disekolah mengenai apa itu novel, jawabannya semakin membuatku penasaran. “Dia adalah sesuatu yang akan membuatmu berimajinasi penuh sesuai alur cerita yang diungkapkan pada kisah didalamnya, seolah-olah kamu turut terlibat dalam kisah tersebut. Begitulah definisi bagiku” itulah jawaban yang membuatku semakin penasaran.
Rasa penasaran terus membuntutiku, seberapa hebatnya novel hingga membuat orang yang membacanya terhipnotis dan terhanyut dalam cerita yang dibawakannya. Namun aku belum juga mempunyai kesempatan untuk membacanya.
Saat aku menduduki bangku putih abu-abu, tak sedikit teman-temanku yang gemar membaca novel. Nah, mungkin ini kesempatanku untuk mengenal novel. Disana-sini aku bertanya kepada teman-teman tentang apa itu novel. Namun berbeda dengan jawaban yang pernah aku dapatkan, mereka tak memberikan sepatah katapun, melainkan salah satu diantara mereka langsung menyodorkanku sebuah novel yang bisa dibilang sangat popular sekali.
“Bidadari-bidadari surga” novel karangan Tere Liye yang sangat popular itu kini ada ditanganku. Ukurannya juga lumayan tebal. Inilah novel pertama yang kubaca. Dan kutemukan kenyatan dari jawaban yang dulu pernah kudengar, sungguh menakjubkan, aku pun mengiyakan banyak pernyataan yang ada, novel dapat membuatku berimajinasi dan terhanyut dalam alur kisah yang diceritakannya.
Semenjak itu aku memiliki hobby baru, berburu novel bersama teman-teman yang juga sama menggemari novel. Dari sekian banyak novel yang kubaca, keinginanku untuk menulis hal yang serupa mulai tumbuh. Sedikit demi sedikit aku mulai membuat prolog sebuah kisah. Tak begitu istimewa, aku hanya menuliskan kisah hidupku sendiri, kisah dimana awal aku mengenal hal-hal baru dalam hidup. Kucurahkan segala sesuatunya diatas lembaran kertas, hingga semua sudah terkumpul cukup banyak. Beberapa teman mengetahuinya, mereka pun memberikan dukungan dan semangat kepadaku untuk terus melanjutkan tulisanku ini. Tapi terkadang rasa jenuh aku rasakan dan beberapa hari berhenti dari kegiatan menulis. Namun aku tak berhenti hanya sampai disitu, disaat inspirasi itu tak mau muncul, aku mencoba memancingnya dengan membaca novel. Cukup membantu, setelah aku membeca beberapa lembar saja membuatku kembali menemukan insipirasi yang perlu aku tulis dalam karyaku. Begitu pun seterusnya.
Setelah susah payah kurang lebih dari setahun, aku berhasil menyelesaikan karya pertamaku, meskipun tak banyak dan tak sehebat karya penulis-penulis populer, itu sudah membuatku semakin percaya diri untuk terus melanjutkan perjuanganku menjadi penulis handal. Tapi kesempatan belum berpihak kepadaku, karyaku hanya sampai pada tahap penyelesaian saja, aku belum berusaha untuk menerbitkannya, yaa kurasa masih belum pantas dan aku harus belajar lebih banyak lagi dalam hal tulis menulis.
Bukan hanya menjadi penulis novel, aku juga mulai tertarik dengan dunia jurnalis, seni tulis menulis berita yang nantinya akan dikonsumsi oleh khalayak luas. Aku memandang cukup hebat profesi itu, dan aku ingin sekali berada pada posisi itu. Ini juga menjadi salah satu alasanku menekuni jurusan ilmu komunikasi, yang mana disini aku juga diperkenalkan pada dunia jurnalis yang sesungguhnya, dunia media massa, dunia politik dan masih banyak lagi dunia-dunia nyata dalam kehidupan.
Keinginanku untuk menjadi seorang penulis semakin besar. Aku ingin melukiskan semua  yang aku alami dalam goresan tinta berharga yang tak akan mati termakan zaman. Seuatu yang akan tetap hidup meski diriku telah tiada nanti. Sesuatu yang meninggalkan jejak bagi penerus generasi selanjutnya. Aku ingin tetap dikenang melalui tulisan. Tak lain seperti penulis-penulis hebat yang masih tetap hidup karyanya, meski raga dan jiwanya telah terpisahkan oleh takdir.
Namun, semua itu tak mudah untuk dilalui. Aku hanya masih menginjak tahap awal, aku masih perlu menemukan banyak hambatan-hambatan yang lalu lalang terus menghalangi perjuanganku. Aku hanya seperti matahari dikala langit masih berselimut fajar. Yang belum penuh menampakkan dirinya, hanya bisa mengintip dari kerendahan tempat. Aku harus mengalahkan kemalasan dan kejenuhan yang kerap kali aku temukan ditengah perjalananku dalam menyelesaikan sebuah tulisan. Masih banyak rintangan yang akan kulalui. Aku membutuhkan visi misi yang kuat untuk dapat mencapai apa yang menjadi keinginanku.

Jika aku menjadi penulis handal, bukan hanya novel ataupun sekedar kisah yang ingin aku tulis. Melainkan tulisan yang mampu menyampaikan apa yang aku rasakan, tulisan yang mampu menyampaikan pesan-pesan positif, tulisan yang mampu membantu sesama, memberikan inspirasi bagi orang lain. Layaknya tulisan karya Tere Liye yang lama kukagumi ini dapat memberiku banyak inspirasi dan menyadarkanku akan indahnya hidup, membawaku pada kenyataan yang sebenarnya. Semoga aku bisa menjadi penerusnya, yang bisa menghasilkan karya yang juga mampu menyadarkan orang lain bahwa hidup ini indah, meski banyak sekali rintangan dan tantangan namun semua ini akan kembali pada keindahan yang sudah dijanjikan. Aku ingin kelak aku dapat bergelut ria dengan deadline-deadline yang membuatku terbiasa dengan inspirasi dan imajinasi. Semoga Allah selalu memberikan petunjuk dalam segala hal yang tengah kuhadapi, karna aku yakin semua akan indah pada waktunya. J

Selasa, 25 November 2014

Realitas Angkutan Kota di Surabaya


Ditujukan kepada     : Dinas perhubungan (Dishub) Kota Surabaya
Gugatan mengenai    : Kelayakan Transportasi Umum

Semakin hari, jalanan kota Surabaya semakin sesak oleh kendaraan yang lebih didominasi oleh kendaraan pribadi seperti sepeda motor dan mobil. Jumlah kendaraan pribadi yang melintas dijalan-jalan utama Surabaya jauh melebihi jumlah kendaraan umum. Seharusnya fungsi dari kendaraan umum adalah mempermudah masyarakat kota Surabaya dalam mobilisasinya. Namun keadaan berbalik, masyarakat lebih suka menggunakan kendaraan pribadi. Hasil observasi dilapangan menunjukkan penyebab kendaraan umum tidak diminati oleh masyarakat, diantaranya adalah :
1.      Kondisi yang tidak terawat
2.      Tidak layak beroperasi
3.      Pengendaranya ugal-ugalan
4.      Ngetem terlalu lama
5.      Kenyamanan dan keamanan kurang
6.      Efisiensi waktu sangat rendah
7.      Sama sekali tidak bias diandalkan
8.      Beberapa trayek unitnya terbatas
Kondisi kendaraan umum seperti itulah yang memicu timbulnya keinginan masyarakat menggunakan kendaraan pribadi yang kemudian meluas
Pemerintah kota bersama dinas terkait memang sudah merencanakan pembangunan MRT (Mass Rapid Transportation) namun hingga saat ini masih belum ada realisasi dari proyek tersebut. Memang jika MRT ini berhasil dibangun dengan baik akan berdampak mengurangi kemacetan di Surabaya. Tetapi, jika belum dibangun seperti saat ini, kemacetan akan semakin bertambah parah. Paling tidak pemerintah kota bersama dinas terkait harus membuat solusi alternative. Setidaknya sembari menunggu proyek MRT rampung.
Tuntutan
Perlu adanya revitalisasi dan peremajaan angkutan umum di Surabaya. Memang proyek MRT ditargetkan untuk memecah kemacetan di Surabaya, namun hingga kini belum ada realisasi dari proyek tersebut. Kota Surabaya membutuhkan transportasi umum yang dapat menekan jumlah kendaraan pribadi. Setidaknya ada dukungan dari moda transportasi lain tersebut (angkot/angkutan umum) sembari menunggu proyek  MRT rampung.peremajaan angkutan umum ini seharusnya berlaku beberapa criteria. Kendaraan umum tersebut harus relative baru, layak, juga harus dibawah pengawasan dan manajemen dinas terkait agar pelayanannya pun relative lebih terkontrol dengan baik.


Kamis, 13 November 2014

BULSHIT

@Cenyiez Photograph

Dibilang tegar, itu bukan diriku. Tapi apakah salah jika aku berusaha. Aku tau yang kutanggung ini berat, meskipun tak sebesar jabatan seperti presiden tapi konflik didalamnya tak kalah besar seperti kisah Gaza yang tak kunjung selesai.
Disini aku sebagai ketua, pernah mendengar seluruh keluhan dari ketua sebelumku. Ia merasa sanggat terbebani dengan tanggung jawab ini. Semalam penuh ia mengeluarkan semua beban dalam hati yang slama ini hanya ia pendam. Dan itu tak sedikit membutuhkan air mata. Responku saat itu hanya memahami secara umum beban seorang ketua. Dan kini aku memahami seluruhnya beban apa saja yang harus dirasakan oleh seorang ketua.
Percuma ngomong panjang lebar tapi si audiens sebagai komunikan tak mengerti rasanya berada pada posisi yang saat ini membenbani seseorang dihapan mereka. Cuma satu saja kok yang ingin aku minta dari mereka. Cukup hanya dengan perhatian sebagai audiens yang baik saja sudah sangat membantu kinerjaku sebagai ketua.
Pengalaman dua semester sebelumnya menjadi beberapa pertimbangan dari apa-apa yang akan aku rencanakan. Tapi percuma saja … sebagus apapun konsep yang akan aku terapkan jika tidak didukung dari mereka dengan sedikit perhatian saja juga tidak akan berjalan sesuai rencana.
Aku berusaha agar akar permasalahan yang mewarnai kisah semester 1 dan 2 tidak terulang kembali pada semester terakhir kebersamaan kita. Tapi percuma jika komponen-komponen didalamnya tak ada keinginan untuk memperbaiki budaya. Untuk apa mempertahankan budaya yang rusak demi perubahan pada yang lebih baik. Gk ada untungnya …
Aku gk minta banyak kok rek,,  cuman ingin kita solid, tetep bersama, aku tau mengumpulkan kalian itu sangat sulit sekali tapi kalau aku biarkan seperti ini terus ya gk bakalan ada kenangan indah dengan kalian (F2).
Apa alasan kalian ? tugaskah ? iya aku tau itu memang sudah menjadi tanggung jawab individual, tapi yaa menyisahkan sedikit waktu untuk kebersamaan saja kalian tak bersedia. Bulshit banget kalau mengingat ucapan kalian sendiri yang dulu seolah-olah ingin sekali menunjukkan kebersamaan kelas, kekompakan kelas. Itu cuma OMDO.
Yaaa kita hanya disatukan oleh dosen dalam forum besar perkuliahan. Dan gk labih dari itu, bahkan adanya tugas kelompok masih belum bisa menyatukan kita yang sudah terlanjur berkelompok-kelompok.

Apa yang akan kalian pilih antara kebersamaan atau kesenangan (kepuasan pribadi) ?

-FantaZtic

Cenyiez :( 231014

JUST A SHORT STORY

Tersesat Di GAZA
Pasti ada maksud lain mengapa Tuhan memilihkan mimpi itu yang menghiasi tidurku malam ini. Ya .. mungkin, bisa jadi hanya sebatas iklan lewat saja, namun jika ku sambungkan dengan kejadian sebelumnya .. aku rasa ini seperti sebuah jawaban .. aku sendiri belum yakin akan hal itu, tapi tak ada salahnya jika aku turut merangkai kenyataan.
Kurasakan kehampaan dalam hidup ini, sebelumnya tak kuhiraukan sama sekali ketiadaan cinta dalam kisahku, karna bagiku itu terlalu sakit untuk memulainya lagi, aku pernah terjatuh dari sebuah pengharapan palsu, hanya semu, tak berlangsung lama .. ini yang membuatku tak sanggup lagi mengenal apa itu cinta. Yah .. memang tak seindah kisah kisah mereka, hubungan itu menyedihkan, seharusnya bukan hanya kesanggupan untuk merangkai mimpi yang indah, namun juga kesiapan untuk menerima perbedaan takdir dari apa yang telah direncanakan .. karna memang itu bukanlah kelebihan manusia .. hanya bisa merencanakan dan menerima apapun yang dikatakan Tuhan ..
Lebih dari seratus hari aku bertahan dalam kesepian .. yah .. menyedihkan, tapi ini cukup membuatku berfikir dan belajar apa arti kata cinta yang sebenarnya itu .. bukanlah sesuatu yang bisa dipilih .. apalagi untuk dibeli, bukan itu .. sungguh sadis apabila financial yang berbicara atas perasaan .. karna memang bukan itu yang dibutuhkan hati, berduka pun akan mampu dilakukan jika memang benar-benar tulus rasa itu ..
Kusadari aku sudah cukup keberatan dengan kesunyian ini, aku ingin hal yang baru, kasarannya aku memang sedikit iri dengan mereka yang bisa tersenyum karna hadirnya sebuah cinta .. meski sedikit berkurang keyakinanku akan indahnya hal itu .. aku juga ingin memilikinya .. aku berharap suatu saat nanti aku bisa merasakan seperti mereka .. yah .. lagi lagi itu hanya mimpi
Mimpi .. dan hanya mimpi .. namun berbeda dengan mimpiku kali ini .. entah karna apa kenapa dia yang hadir dalam mimpiku .. padahal tak sedikit pun aku memikirkan hal itu .. dikisahkan dalam sebuah konflik yang sangat rumit, yang seola-olah tak akan ada cerita akhir dari konflik ini .. mungkin akan terus berlanjut menjadi kisah tanpa sejarah, haha .. kisahku terjebak dalam konflik GAZA .. memang lagi booming-boomingnya berita ini .. semua media mengabarkan berbagai kejadian tentang satu negara ini .. hmm .. kayak Devina aja .. haha
Peranku sebagai wartawan disini .. haha ini mimpiku ;) yang sementara ini terwujud hanya dalam mimpi .. aku pergi ke GAZA dengan tujuan mencari berita untuk dikabarkan kepada rakyat Indonesia, agar banyak yang tahu dengan berjuta kepedulian yang diharapkan .. entah siapa anak kecil itu, aku berusaha melindunginya dari serangan Israel .. satu bom terlempar ke arah kami, dan sekejap aku meloncat berusaha menangkap anak kecil itu, setelah ledakan itu menghancurkan beberapa bangunan didepan mataku .. aku kembali tersadar dengan merangkul anak kecil itu .. entah juga siapa yang menolongku tiba-tiba saja aku telah berada pada sebuah tempat pengungsian yang penuh dengan korban-korban serangan Israel itu .. diujung kota GAZA yang penuh berlumuran darah disana-sini.
Masih tetap berada disebelah anak kecil itu, terkejutnya aku dengan hati bangga dan sedikit lega akan keadaan anak kecil itu yang selamat tanpa luka sedikit pun .. tak lama kemudian seorang laki-laki datang dengan membawa beberapa obat-obtan dalam kotak P3Knya menghampiri kita .. menanyakan bagian mana yang perlu diobati .. dan anehnya lagi aku mengenal dia .. sungguh hal yang membuatku tak percaya dan bertanya-tanya dalam hati .. kenapa ada dia ?? (o_O)
Huuft .. ini memang mimpi .. dan kisahnya pun sangat mudah berganti .. yang tadinya aku berada ditengah-tengah konflik GAZA, kini telah berganti pada sebuah perayaan yang mana dihadiri oleh banyak orang yang tak ku kenal seluruhnya. Aku hanya seorang diri dengan memegang segelas minuman, layaknya pada pesta-pesta umumnya. Dari kejauhan kulihat anak kecil yang tadinya bersamaku ditempat pengungsian sekarang telah berlari-larian dengan seorang laki-laki yang tadi pula. Mereka begitu terlihat sangat akrab .. seperti orang yang sudah lama kenal ..
Haaah … aneh sekali .. aku tak habis pikir .. kisah apalagi yang akan aku jalani kali ini. Anak itu melirik kearahku dan berhenti dari permainannya, tak lama kemudian setelah berfikir dengan memandangiku, seakan-akan dia telah mengingat wajahku, lalu menghampiriku .. “kakak .. makasih ya ..” ucapnya begitu lugu, “hah …???” aku tercengang harus menjawab apa , tak lama kemudian laki-laki itu juga turut menghampiriku .. dia tersenyum sebut saja Mr.F, “hey kamu .. makasih ya udah nyelamatin adekku” ujarnya. Aah, aku semakin bingung .. kujawab saja “iya .. sudah menjadi kewajibanku”
Eeiits .. gk hanya berhenti sampai situ aja nih .. hmm .. kita lanjut berkenalan satu sama lain .. hari semakin larut, sinar mega merah itu seakan pertanda kita harus berpisah dan pulang kerumah masing-masing .. tapi aku tak tahu dimana aku berada .. tak seorang pun yang kunal, dia pun mengantarkanku pada sebuah penginapan didekat situ .. aaiisssh sungguh aneh sekali .. sebenarnya aku terdampar ditempat mana sih ini …  tapi tak apalah .. kan ada yang menemani  
Sepetinya aku telah jatuh hati .. :3 ..entah dari mana rasa itu datang, dan entah sejak kapan pula rasa itu hadir .. secepat kedipan mata hari berlalu .. dengan kekuatan mimpi, semuanya bisa berubah seketika dalam sekejab, pagi menyapa dengan senyuman matahri yang dikelilingi lembut putihnya awan-awan yang berhamburan bebas diatas sana. Masih sama dengan orang yang kemaren, si Mr,F .. haha pagi ini dia kembali menyapaku dengan senyum .. hadeeh … tambah leleh nih .. udah udah .. selesai J biar gk jadi beneran .. tapi kalok emang bakal jadi kenyataan yaa apa boleh buat .. semua sudah ada yang ngatur ..

Haaah .. aku terbangun dengan penuh rasa tak jelas .. acakadul dech pokok e .. woy .. itu cuman mimpi kan .. hehe .. Bye bye :*   


Cenyiez :) (100814)

CINTAKANLAH AKU KEPADA-MU

Surabaya,12-03-13
BYE BYE SHINICHI


Awal kutemui diriku merasa aneh dengan sikapku
Merasa berbeda pada setiap pandanganku
Hatiku berkata lain
Mengakui segala rasa yang ada saat dirinya hadir dalam hidupku
Titik-titik kebahagiaan merangkai indah
Sebuah harapan besar pada masa depan
Sesuatu yang selalu menghiasi detik kehidupanku
Menghadirkan sebuah keyakinan
Yang begitu dahsyat tu ku bayangkan

Namun …
Tak secepat pagi berganti malam
Waktu yang begitu lama bagiku tuk tetap bertahan dengan penantian penuh harap yang entah kekosongan bersamanya

Berkali sering kuberpaling
Tapi … tak kudapati jua saat itu

Seperti air laut yang menari indah
Membentuk gelombang begitu mewah
Membasahi setiap butiran pasir dipesisir pantai
Hati yang tak kuasa
Terselimuti penuh rasa kagum
Bergelora menguasai jiwa

Ya Rabb …
Malam itu mengetuk sebagian ruang hatiku
Membisikkan jutaan kata yang terangkai merdu
Yang membangunkanku dari mimpi belaka
Menyadari atas tipu daya
Begitu memdihkan
Berharap akan sebuah sinar diantara gelap yang membutakan

Ya Rabb …
Saat ini harapan itu berganti entah kemana

Hatiku menginginkan sesuatu yang haqiqi
Begitu sangat penuh pengharapan
Menghapus segala rasa yang pernah hidup utuh memnuhi ruang hatiku
Mengusir segala harapan yang penuh dusta
Setiap aura yang telah tercipta
Disaat hati terkuasai olehnya

Aku serahkan semua yang ada
Ya Rabb …

Ingin tak kuhiraukan lagi pesonanya
Tak kupandang lagi kehadirannya
Tak kuucap lagi namanya
Hingga tak kudenganr lagi segalanya tentangnya
Demi jiwa suci yang sempat hilang karnanya

Ya Rabb …
Buatku lebih dekat denganMu
Tuk selalu mengucap namaMU
Mengagungkan kekuasaanMu

Ya Rabb …
Aku juga ingin selalu mengingta kekasihMu
Selalu memanggil asam RosulMu

Ya Rabb …
Buatlah aku utuh mencintaiMU
Selalu mengingatMu dalam setiap hembusan nafasku

Ya Rabb …
Penuhkanlah setiap ruang dihatiku tuk menyimpan sucinya namaMU dan RosulMU …


12 Maret 2013

KONSEP MA'RIFAT ILAHIYYAH

BAB I
PEMBAHASAN

A.   Pengertian Ma’rifah
Dari segi bahasa Ma’rifah berasal dari kata عرف ,يعرف , عرفاdan ma’rifah yang artinya adalah pengetahuan atau pengalaman. Ma’rifah juga bisa berarti pengetahuan tentang rahasia hakikat agama, yaitu ilmu yang lebih tinggi daripada ilmubiasa yang didapati oleh orang-orang pada umumnya[1].Ma’rifah adalah pengetahuan yang obyeknya bukan hal-halyang bersifat dzahir, tetapi lebih terhadap bathinnya dengan mengetahui rahasianya.Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa akal manusia sanggup mengetahui hakikat ketuhanan.Hakikat itu satu dan segala yang maujud berasal dari yang satu.[2]
Definisi beberapa Ulama Tasawuf, antara lain:
a.       Dr. Mustafa Zahri mengemukakan salah satu pandapat Ulama Tasawuf yang mengatakan
اَلْمَعْرِفَةُجَزْمُالْقَلْبِبِوُجُوْدِالْوَاجِبِالْمَوْجُوْدِمُتَّصِفًابِسَائِرِالْكَمُلَاتِ
Artinya:
Ma`rifah adalah suatu ketetapan hati (dalam mempercayai kahadirannya) wujud yang wajib  adanya ( Allah) yang menggambarkan segala kesempurnaannya.”
b.      Asy-Syekh  Ihsan Muhammad Dahlan Al-Kurdiriy mengemukakan pendapat Abu Ath-Thayib A-Samiriy yang mengatakan:
اَلْمَعْرِفَةُطُلُوْعُالْحَقِّوَهُوَاْلقَلْبُبِمُوَاصِلَةِالأَنْوَارِ
Artinya:
Ma`rifah adalah hadirnya kebenaran Allah (pada Sufi) dalam keadaan hatinya selalu berhubungan dengan Nur Ilahi.
Tidak semua orang yang menuntut ajaran Tasawuf dapat mencapai ketingkatan ma`rifah. Karena itu, Sufi yang sudah mendapatkan ma`rifah, memiliki tanda-tanda tertentu, sebagaimana keterangan Dzun-Nun Al-Mishri yang mengatakan: ada beberapa tanda yang dimiliki oleh Sufi apabila sudah sampai kepada tingkatan Ma`rifah, antara lain:
a)      Selalu memancar cahaya ma`rifah padanya dalam segala sikap dan perilaku, karena itu, sikap wara` selalu ada pada dirinya.
b)      Tidak selalu menjadikan kepada sesuatu yang berdasarkan fakta yang bersifat nyata, karena hal-hal yang nyata dalam ajaran Tasawuf belum tentu benar.
c)      Tidak mengingkan ni`mat yang banyak kepada dirinya, kerana hal itu bisa membawanya kepada perbuatan yang haram.
Dari sini lah kita dapat melihat bahwa seorang Sufi tidak membutuhkan kehidupan yang mewah, kecuali tingkatan kehidupan yang hanya sekedar dapat menunjang kegiatan ibadahnya kepada Allah SWT.sehingga Asy Syekh Muhammad bin Al-Fadhal mengatakan bahwa ma`rifah yang dimiliki Sufi cukup dapat memberikan kebahagian bathin kepadanya, karena merasa selalu bersama-sama dengan Tuhannya.
Selanjutnaya ma`rifah itu disamping merupakan anugerah dari Allah, dapat pula dicapai melalui syari`at, menempuh thariqat dan memperoleh Haqiqat. Apabila syari`at dan thariqat sudah dapat dikuasai, maka timbullah haqiqat yang tidak lain daripada perbaikan keadaan dan ahwal. sedangkan tujuan terakhir ialah Ma`rifah yaitu mengenal Allah dan mencintainya yang sebenar-benarnya dan sebaik-baiknya.
Dalam kitab “Syarhul Maqashid”  Taftazani menyatakan: “apabila seseorang telah mencapai tujuan terakhir dalam perjalanan suluknya ilallah dan fillah, pasti ia akan tenggelam dalam lautan tauhid dan `irfan sehingga zatnya selalu dalam  pengawasan zat Tuhan dan sifatnya selalu dalam pengawasan sifat Tuhan. ketika itu lah orang tersebut fana dan lenyap  dalam keadaan “maa siwallah” (segala yang lain daripada Allah) ia tidak lagi melihat dalam wujud alam ini kecuali Allah.
Orang yang mencapai maqam ma`rifah itu disebut `Arif billah. Dan pada tingkat inilah ia dapat mengenal dan merasakan adanya Tuhan, bukan sekedar mengetahui Tuhan itu ada.
Dalam hal ini Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa mendekati Tuhan, merasa adanya Tuhan dari ma`rifatullah hanya dapat dicapai dengan menempuh satu jalan, yaitu jalan yang ditempuh oleh kaum Sufi.
Selanjutnya Al-Ghazali berkata: “barangsiapa mengalaminya, hanya akan dapat mengatakan bahwa itu, suatu hal yang tak dapat diterangkan, indah, utama  dan jangan lagi bertanya”. Beliau berkata lagi: “Bahwa  hatilah yang dapat mencapai haqiqat sebagaimana yang telah tertulis pada Lauh Mahfudh, yaitu hati yang sudah bersih dan suci murni. Sehingga tempat untuk mengenal dan melihat Allah adalah Hati.

B.   Alat untuk mencapai Ma’rifah
Sufi pertama yang menonjolkan konsep Ma’rifat dalam tasawufnya adalah Dzun al-Nun al-Mishri.[3] Ketika ditanya tentang bagaimana Ma’rifat itu diperoleh ia menjawab :
عرفت ربّى بربّى ولو لا ربّى لما عرفت ربّى
“Aku mengetahui Tuhanku karena Tuhanku, dan sekiranya tidak karena Tuhanku, niscaya aku tidak akan mengetahui Tuhanku”.[4]

Dzun al-Nun al-Mishri adalah orang yang pertama sekali meletakkan dasar ilmu tasawuf, karena setiap orang mengambil darinya dan dinisbahkan kepadanya. Dia-lah orang yang pertama kali menafsirkan isyarat-isyarat sufi dan membicarakan hal ini di jalan sufi. Pengarang kitab Tadzkirah seperti yang dikutip oleh Dr. Ibrahim Basyuni dalam kitabnya,  Nas’ah at-Taswwuf al-Islami, pernah mengemukakan ungkapan Dzun al-Nun dalam membicarakan "afir dan ma’rifah” sekitar dua halaman.  Dia dikatakan sebagai bapak paham ma’rifah merupakan orang pertama yang membawa paham ma’rifah.  Reinold Nicholson mengatakan bahwa ia adalah orang yang membedakan antara ma 'rifah dengan ilmu.  Ketika ia ditanya orang tentang perbedaan orang yang alim dengan orang yang arif, dia berkata: "orang yang alim itu ditauladani, sedangkan orang yang arif diminta petunjuknya."
Ketika membicarakan ma’rifah Dzun al-Nun membagi tiga bentuk ma’rifah.yaitu:
a. Ma’rifah tauhid, terdapat pada diri mu'min awam.
Ma’rifah tauhid yaitu pengetahuan awam mengenai keesaan Allah melalui perantara syahadat tanpa disertai dengan logika.Ma’rifah jenis pertama ini dimilki oleh mayoritas orang Islam.
b. Ma’rifah hujjah (alasan) dan uraian berupa pengetahuan yang didapat melalui hasil pembuktian nalar. Ma’rifah jenis ini dimiliki oleh orang khawash.
c. Ma’rifah sifatkeesaan Allah, bagi para wali dan kekasih Allah.
Dua bentuk ma’rifah pertama disebut sebagai ilmu (al-llm), sementara bentuk terakhir disebut ma’rifah hakiki yaitu pengetahuan tentang keesaan Tuhan dengan perentaraan hati sanubari. Ma’rifah ini hanya terdapat pada kaum sufi.
Dalam ungkapannya yang lain Dzun-al-Nun mengatakan bahwa ma’rifah hakiki terhadap Allah bukanlah ilmu tentang keesaan Tuhan yang dipercayai semua orang mukmin dan bukan pula ilmu yang berdasarkan pembuktian dan pengamatan para filosof serta mutakallimin, tetapi ini adalah pengetahuan tentang sifat-sifat keesaan Allah yang diperoleh wali-wali Allah tertentu karena mereka adalah orang yang menyaksikan Allah melalui hatinya, sehingga Allah menyingkapkan kepada mereka sesuatu yang tidak diperlihatkan Allah kepada hamba-hambanya yang lain.
Hal ini menggambarkan bahwa ma’rifah tidak diperoleh begitu saja, tetapi adalah pemberian dari Tuhan. Ma’rifah bukanlah hasil dari pemikiran manusia tetapi bergantung pada kehendak dan rahmat Tuhan kepada sufi yang sanggup menerimanya.
Adapun persoalan jalan yang harus ditempuh seseorang untuk sampai kepada ma’rifah secara sistematis belum diketemukan keterangan dari Dzun al-Nun. Namun menurut Imam al-Qusyairi, pokok pembicaraannya tidak terlepas dari empat hal, yakni:
1.    Mengikuti wahyu.
2.  Menjauhkan diri dari takut berubah dan berpalingnya sesuatu darinya atau disebut juga membenci kekikiran.
3.   Menganggap kecil dunia dan berpaling darinya.
4.   Mencintai Allah.
Pada tahap pertama sufi harus mentaati syari'at, yaitu Alquran dan hadits. Hal ini sesuai dengan kecenderungan Dzun al-Nun mengaitkan ma’rifah dengan syariat.Kedua, timbulnya rasa takut untuk melakukan kejahatan, sebab semakin banyaknya dosa yang dilakukan, maka manusia semakin terhijab untuk berhubungan dengan Allah.Ketiga, menganggap kecil dunia, harta benda dan kehidupan dunia hanya sebagian kecil saja dari yang sebenarnya. Maka pada tahap ini akan muncul sikap zuhud, qana’ah, sabar dan tawkkal dan lain sebagainya. Keempat, kecintaan kepada Allah bersemi dalam diri seseorang sufi. Di sinilah baru didapat Mahabbah dan ma’rifah. Mahabbah menggambarkan mesranya hubungan seseorang sufi dengan Tuhan. Sedangkan ma’rifah melukiskan hubungan yang erat dalam bentuk pengetahuan dengan hati sanubari.
Selain itu alat untuk memperoleh ma’rifah. Menurut Al-Qusyairi ada tiga, yaitu :
1)  Qalbu القلب (hati) fungsinya untuk dapat mengetahui siffat Tuhan.
2)  Ruh الرّوح (roh) fungsinya untuk dapat mencintai Tuhan.
3)  Sirrun السِّرٌّ (rahasia) fungsinya untuk melihat Tuhan.
Selain Dzun al-Nun, Imam al-Ghazali juga banyak berbicara tentang ma’rifah. Al-Ghazali mengatakan bahwa ma’rifah itu adalah al-Nazru ila wajh Allah, atau mengetahui Tuhan dengan mata hati. Ia melihat Tuhan dengan mata hatinya, bukan dengan mata indranya. Oleh karena itu kata al-Ghazali, orang arif atau yang sudah mencapai ma’rifah, tidak lagi menyeru Tuhan dengan kalimat "ya allah", karena ucapan seperti itu menunjukkan pengertian, bahwa Aliah masih berada di belakang tabir, padahal bagi orang arif tabir itu sudah tidak ada, maka tidak pernah lagi saling memanggil. Menurut al-Ghazali inilah maqam tertinggi yang dapat dicapai oleh sufi.  la menolak faham ittihad  yang dibawa oleh Abu Yazid al-Bustami bahwa tingkatan ma’rifah itu masih bisa dilampaui manusia.  Jadi menurut al-Ghazali, bahwa ma’rifah tidak menyebabkan seseorang menjadi padu dan bersatu dengan Tuhan.
Menurut al-Ghazali, jalan menuju ma'rifat antara lain dengan bentuk latihan terhadap jiwa, yaitu menghilangkan sifat-sifat marah, dengki, kikir, riya, sombong, dan sebagainya. Kemudian melalui tingkatan-tingkatan seperti, taubat, zuhud, sabar, tawakkal, juga melalui hal, seperti, syukur, rasa takut, rasa harap, hidup fakir, rendah hati, ikhlas dan sebagainya.Menurut al-Ghazali "sarana ma’rifah seorang sufi adalah kalbu".Kalbu menurutnya bukanlah bagian tubuh yang dikenal terletak bagian kiri pada seorang manusia, tapi adalah percikan rohaniah yang merupakan hakekat realitas manusia.Lebih lanjut dia mengatakan bahwa kalbu itu bagaikan cermin.Sementara ilmu adalah pantulan gambar realitas yang terdapat di dalamnya. Jika cermin kalbu tidak bening, maka ia tidak dapat memantulkan realitas realitas ilmu. Menurut al-Ghazali lagi, yang membuat cermin kalbu tidak bening adalah hawa nafsu tubuh.Sementara"ketaatan" kepada Allah serta keterpalingan dari tuntutan hawa nafsu itulah yang membuat kalbu berlinang dan cemerlang.
Menurut Dzunun Al-Misrilah (bapak paham Ma’rifat) bahwa pengetahuan tentang Tuhan itu ada tiga macam:
a.  Pengetahuan Awam
Memberi penjelasan bahwa Tuhan satu dengan perantara ucapan syahadat.
b.  Pengetahuan Utama
Member penjelsan bahwa Tuhan satu menurut akal (logika).
c.  Pengetahuan Sufi
Memberi penjelasan bahwa Tuhan satu dengan perantara hati sanubari.
Bahwa pengetahuan Awam dan Ulama diatas belum dapat memberikan pengetahuan haqiqi tentang Tuhan.Sehingga kedua pengetahuan tersebut baru disebut “ilmu” belum dapat dikatakan sebagai Ma’rifat. Akan tetapi pengetahuan yang disebut ma’rifat adalah pengetahuan sufi. Ia dapat mengetahui hakikat Tuhan (ma’rifat). Sehingga ma’rifat hanya dapat diperoleh pada kaum sufi. Mereka mampu melihat Tuhan dengan cara melalui hati sanubarinya. Disamping juga mereka didalam hatinya penuh dengan cahaya.Ada perbedaan antara makna ma’rifat versi al-Gazali dengan versi Dzunnun al-Misri.Menurut al-Gazali ma’rifat dapat diperoleh dengan latihan dan metode tertentu, karena itu tingkatan ma’rifat seseorang diukur dari latihan dan metodenya.Lain halnya dengan al-Misri, yang mengatakan bahwa ma’rifat merupakan pemberian Allah dan tidak bisa diusahakan.Ma’rifat datang dengan sendirinya ketika hal seseorang telah mencapai keadaannya. Selain itu, al-Gazali menganggap dalam urutan maqamat bahwa ma’rifat mendahului  mahabbah, sebaliknya dengan Dzunnun.
Begitu rapatnya posisi hamba dengan Tuhan-nya ketika mencapai tingkat ma’rifat, maka ada beberapa Ulama yang melukiskannya sebagai berikut:
a. Imam Rawiim mengatakan, Shufi yang sudah mencapai tingkatan ma’rifat, bagaikan berada di muka cermin, dan yang dilihatnya hanya Allah SWT saja.
b. Al-Junaid Al-Bahdaadiy mengatakan, Shufi yang sudah mencapai tingkatan ma’rifat, bagaikan sifat air dalam gelas, yang selalu menyerupai warna gelasnya.
c. Sahal bin Abdillah mengatakan, puncak ma’rifat adalah keadaan yang diliputi rasa kekagumam dan keheranan ketika Shufi bertatapan dengan Tuhan-nya, sehingga membawa pada kelupaan dirinya.[5]

C. Tokoh yang mengembangkan Ma’rifah
Dalam literature tasawuf dijumpai dua orang tokoh yang mengenal paham Ma’rifat, yaitu Al-Ghazali dan Zun Al-Nun Al-Misri.
a)    Al-Ghazali
Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad ibn Ahmad, yang karena kedudukan tingginya dalam lslam dia digelari Hujjah al-Islam.Ayahnya, menurut sebagian penulis biografi, bekerja sebagai pemintal wol. Dari latar itulah sufi kita ini terkenal dengan al-Ghazzali (yang memintal wol) dan juga terkenal dengan al-Ghazali (dengan memakai satu huruf "z") dinisbahkan pada suatu kawasan yang disebut Ghazalah.  Ia dilahirkan di Thus, kawasan Khurasan, tahun 450 H atau 451 H. Ia menerima pendidikan mistisnya di rumah seorang sufi sahabat ayahnya, setelah ayahnya meninggal dunia. Pada masa kecilnya ia belajar fiqih kapada Ahmad al-Radzkani di Thus, lalu belajar kepada Imam Abu Nashr al-Isma'ili di Jurjan dan belajar kepada Abu al-Ma'ali al-Juwaini, yaitu salah seorang teolog aliran Asy'ariyah yang bergelar Imam al-Haramain di Nishapur.
Di bawah bimbingan gurunya inilah dia bersungguh-sungguh belajar dan berijtihad sampai benar-benar menguasai mazhab-mazhab, perbedaan pendapatnya, perbantahannya, teologinya, ushul fikihnya, logikanya, dan membaca filsafat dan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan itu.Dan dia terus mendapingi gurunya, al-Juwaini, sampai gurunya meninggal dunia tahun 478 H.  Dia lalu meninggalkan Nishapur menuju al-Askar, di sana dia bertemu dengan seorang menteri yang terkenal, Nizham al-Mulk dan dia ditawarkan untuk mengajar di perguruannya, yaitu al-Nizhamiyah di Baghdad. Maka al-Ghazali menyambut baik tawaran mengajar itu.Selama kehidupannya al-Ghazali menimba dan mendalami banyak cabang ilmu, dan juga filsafat. Dia mempelajari ilmu-ilmu tersebut, barangkali untuk menghilangkan keraguannya yang muncul sejak ia mengajar. Ternyata ilmu-ilmu ini tidak memberinya ketenangan jiwa.Kegelisahan jiwanya malah semakin menggelora sampai membuatnya tertimpa krisis psikis yang kronis, yang diuraikannya dengan menarik dalam karyanya, al-Munqidz min al-Dalal.Di antara ungkapannya adalah,"Lalu keadaan diriku pun kurenungi, dan temyata aku telah tenggelam dalam ikatan-ikatan (yang bercorak duniawi) yang meliputi diriku dari segala sudut.Amal-amalku pun kurenungi, khususnya amalku yang terbaik, yaitu mengajar, dan temyata aku hanya menerima ilmu-ilmu yang sepele dan tidak berguna.Akupun memikirkan niatku dalam mengajar, dan tertyata niatku tidak ikhlas demi Allah.Bahkan hanya didorong keinginan untuk menadapatkan jabatan serta menjadi terkenal”.
Akibat keadaan krisis ini, al-Ghazali lalu meninggalkan kedudukannya sebagai guru besar di al-Nizhamiyah dan kemudian hidup menyendiri. Dalam penyendiriannya, ia menggeluti bidang tasawuf, tasawuf yang dipilihnya adalah tasawuf Sunni yang berdasarkan doktrin Ahlu al-Sunnah wa al-Jama'ah. Menurut Al-Ghazali Ma’rifah urutannya terlebih dahulu daripada mahabbah, karena mahabbah timbul dari Ma’rifah.
b)    Dzun Al-Nun Al-Misri
Nama aslinya adalah Abul Faidh Dzun al-Nun Tsauban bin Ibrahim al-Mishri (155 H-245H/859 M). Ayahnya adalah orang Naubi, luar biasa kepandaiannya.Dia-lah satu satunya orang yang berilmu pada masanya, bersikap wara’ dan hal serta serta berakhlak.Ia pun pernah dituduh melakukan Bid’ah sehingga ditangkap dan dibawa ke Baghdad untuk diadili di hadapan Khalifah al-Mutawakkil[6]. Berasal dari Naubah, suatu negeri yang terletak diantara Sudan dan Mesir. Tahun kelahirannya tidak banyak yang mengetahui, yang diketahui hanya tahun wafatnya, yaitu 860 M.
Menurutnya Ma’rifat hanya terdapat pada kaum sufi yang sanggup melihat Tuhan dengan hati sanubari mereka. Baginya Ma’rifat tidak diperbolehkan begitu saja, tetapi melalui pemberian Tuhan.Ma’rifah bukanlah hasil pemikiran manusia, tetapi tergantung pada kehendak dan rahmat Tuhan.
D.   Ma’rifah dalam pandangan Al-Qur’an dan Al-Hadits
       Allah menciptakan manusia dengan sempurna yaitu diberikannya bentuk tubuh yang baik, akal pikiran dan nafsu, kemudian manusia itu sendiri yang menentukan mampu atau tidaknya menggunakan pemberian Allah dengan baik (QS. Attin: 4-5)[7]. Ruh sebagai power untuk menghidupkan seluruh anggota badan, Akal sebagai alat untuk menerima ilmu pengetahuan atau untuk mengetahui hakikat sesuatu secara logis tanpa mempertimbangkan hal-hal yang irasional, anggota tubuh seperti panca indra yang hanya dapat merealisasikan secara indrawi tanpa mempertimbangkan penghalangnya. Dari semua anggota tubuh manusia hanya hati yang dapat menerima sesuatu yang mutlak dari Allah yang maha kuasa karena hati adalah sebagai tuan dari anggota tubuh, semua aktivitas anggota tubuh digerakkan oleh hati dan hati adalah Allah yang menggerakkan.
وَالَّذِينَيُؤْمِنُونَبِمَاأُنْزِلَإِلَيْكَوَمَاأُنْزِلَمِنْقَبْلِكَوَبِالآخِرَةِهُمْيُوقِنُونَ  أُولَئِكَعَلَىهُدًىمِنْرَبِّهِمْوَأُولَئِكَهُمُالْمُفْلِحُونَ. إِنَّالَّذِينَكَفَرُواسَوَاءٌعَلَيْهِمْءَأَنْذَرْتَهُمْأَمْلَمْتُنْذِرْهُمْلايُؤْمِنُونَ

“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian kami kembalikan dia ketempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya " (QS.Al Bayyinah:4-6).
أَلَمْتَرَإِلَىالَّذِينَخَرَجُوامِنْدِيَارِهِمْوَهُمْأُلُوفٌحَذَرَالْمَوْتِفَقَالَلَهُمُاللَّهُمُوتُواثُمَّأَحْيَاهُمْ ۚ إِنَّاللَّهَلَذُوفَضْلٍعَلَىالنَّاسِوَلَٰكِنَّأَكْثَرَالنَّاسِلَايَشْكُرُونَ.
“Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi manusia kebanyakan tidak bersyukur " (QS.Al Baqarah:243)
بِئْسَمَااشْتَرَوْابِهِأَنْفُسَهُمْأَنْيَكْفُرُوابِمَاأَنْزَلَاللَّهُبَغْيًاأَنْيُنَزِّلَاللَّهُمِنْفَضْلِهِعَلَىٰمَنْيَشَاءُمِنْعِبَادِهِ ۖ فَبَاءُوابِغَضَبٍعَلَىٰغَضَبٍ ۚ وَلِلْكَافِرِينَعَذَابٌمُهِينٌ
“Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendakinya diantara hamba-hamba Nya " (QS.Al Baqarah:90).
Allah telah menyediakan dan memberikan beberapa kelebihan untuk manusia sehingga manusia yang asal mulanya sama diciptakan dari tanah kemudian mempunyai tingkat kelebihan yang berbeda disisi Allah karena ketaqwaan dan usaha mereka untuk mencapai kehadhirat-Nya. Kelebihan Allah yang diberikan kepada manusia diluar adat kebisaan manusia biasa (Khariqul Adat) dan diluar akal manusia, sehingga manusia yang mendapat kelebihan dapat berbuat diluar adat dan akal manusia.
Dengan limpahan cahaya Allah itulah manusia dapat mengetahui rahasia-rahasia yang ada pada-Nya.Dia lalu bisa mengetahui hal-hal yang tidak diketahui oleh manusia biasa.Orang yang sudah mencapai ma’rifat bisa berhubungan langsung dengan sumbar ilmu yaitu Allah.Dengan hati yang telah dilimpahi cahaya, seseorang bagaikan memiliki antena parabola yang mendapatkan pengetahuan langsung dari Tuhan.
Allah swt berfirman:
فَبَدَأَبِأَوْعِيَتِهِمْقَبْلَوِعَاءِأَخِيهِثُمَّاسْتَخْرَجَهَامِنْوِعَاءِأَخِيهِ ۚ كَذَٰلِكَكِدْنَالِيُوسُفَ ۖ مَاكَانَلِيَأْخُذَأَخَاهُفِيدِينِالْمَلِكِإِلَّاأَنْيَشَاءَاللَّهُ ۚ نَرْفَعُدَرَجَاتٍمَنْنَشَاءُ ۗ وَفَوْقَكُلِّذِيعِلْمٍعَلِيمٌ.
Artinya :
”dan tatkala telah datang kepada mereka kebenaran dari sisi Kami, mereka berkata: "Sesungguhnya ini adalah sihir yang nyata". (QS. Yunus : 76)
Ma’rifat yang dicapai seseorang terkadang diberi nama beragam. Al-Syarbasi menyebutkan ilmu Al Mauhubah (pemberian)[8], Al Syuhrawardi menyebutkan al Isyraqiyah (pancaran), dan Ibn Sina menyebutkan  al Fa’id (limpahan). Sementara itu, kalangan pesantren mengistilahkannya sebagai Futuh (pembuka), kalangan masyarakat Jawa menyebutnya ilmu laduni, dan kalangan kebatinan menamakannya sebagai wangsit .
Uraian di atas telah menginformasikan bahwa ma’rifat adalah  pengetahuan tentang rahasia-rahasia dari Tuhan yang diberikan kepada hamba-Nya melalui pancaran cahaya-Nya yang dimasukkan Tuhan ke dalam hati seorang sufi. Dengan demikian, ma’rifat berhubungan dengan Nur (Cahaya Tuhan).Di dalam Al-Qur’an, dijumpai tidak kurang dari 43 kata “nur” dan sebagian besar dihubungkan dengan Tuhan.[9]Misalnya ayat yang berbunyi:
أَوْكَظُلُمَاتٍفِيبَحْرٍلُجِّيٍّيَغْشَاهُمَوْجٌمِنْفَوْقِهِمَوْجٌمِنْفَوْقِهِسَحَابٌظُلُمَاتٌبَعْضُهَافَوْقَبَعْضٍإِذَاأَخْرَجَيَدَهُلَمْيَكَدْيَرَاهَاوَمَنْلَمْيَجْعَلِاللَّهُلَهُنُورًافَمَالَهُمِنْنُورٍ
Artinya :
atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila Dia mengeluarkan tangannya, Tiadalah Dia dapat melihatnya, (dan) Barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah Tiadalah Dia mempunyai cahaya sedikitpun”. (QS. An Nur : 40)

Artinya :
” Maka Apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah.mereka itu dalam kesesatan yang nyata”. (QS. Az Zumar : 22)
Dua ayat tersebut sama-sama berbicara tentang cahaya Tuhan.Cahaya tersebut ternyata dapat diberikan Tuhan kepada hamba-Nya yang Dia kehendaki. Mereka yang mendapatkan cahaya dengan mudah mendapatkan petunjuk hidup, sedangkan mereka yang tidak mendapatkan cahaya akan menemui kesesatan. Dalam ma’rifat kepada Allah, yang didapat seorang sufi adalah cahaya. Dengan demikian, ajaran ma’rifat sangat dimungkinkan terjadi dalam Islam, dan tidak bertentangan dengan Al-Qur’an .Selanjutnya, simak juga hadits qudsi berikut:
Aku (Allah) adalah perbendaharaan yang tersembunyi (Ghaib), Aku ingin memperkenalkan siapa Aku, maka Aku ciptakan mahluk.Oleh karena itu Aku memperkenalkan diri-Ku kepada mereka.Maka mereka mengenal Aku”.[10]
Hadits tersebut memberi petunjuk bahwa Allah dapat dikenal oleh manusia.Caranya  dengan mengenal atau meneliti ciptaan-Nya. Ini menunjukkan bahwa ma’rifat dapat terjadi, dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

BAB II
KESIMPULAN

v  Pengertian Ma’rifat
Ma’rifah adalah pengetahuan yang obyeknya bukan hal-halyang bersifat dzahir, tetapi lebih terhadap bathinnya dengan mengetahui rahasianya. Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa akal manusia sanggup mengetahui hakikat ketuhanan.Hakikat itu satu dan segala yang maujud berasal dari yang satu.
v  Alat untuk mencapai Ma’rifat
Alat yang dapat digunakan untuk mencapai ma’rifat telah ada dalam diri manusia, yaitu qalb (hati). Selain sebagai alat untuk merasa, qalb juga menjadi alat untuk berfikir. Bedanya qalb dengan akal ialah bahwa akal tidak dapat memperoleh pengetahuan yang sebenarnya tentang Tuhan, sedangkan qalb bisa mengetahui hakekat dari segala yang ada, dan jika dilimpahi cahaya Tuhan bisa mengetahui rahasia-rahasia Tuhan.
v  Faham Ma’rifat
Menurut Dzunun Al-Misrilah (bapak paham Ma’rifat) bahwa pengetahuan tentang Tuhan itu ada tiga macam:
a.     Pengetahuan Awam
b.    Pengetahuan Utama
c.     Pengetahuan Sufi

v  Jalan Ma’rifat
·  Menurut Al-Qusyairi ada tiga, yaitu :
1)   Qalbu القلب (hati)
2)   Ruh الرّوح (roh)
3)   Sirrun السِّرٌّ (rahasia)
v  Tokoh yang mengembangkan Ma’rifat
c)    Al-Ghazali
d)   Dzun Al-Nun Al-Misri
v  Ma’rifat dalam pandangan al-Qur’an dan al –Hadits
Dalam ma’rifat kepada Allah, yang didapat seorang sufi adalah cahaya. Dengan demikian, ajaran ma’rifat sangat dimungkinkan terjadi dalam Islam, dan tidak bertentangan dengan Al-Qur’an .Selanjutnya, simak juga hadits qudsi berikut:
Aku (Allah) adalah perbendaharaan yang tersembunyi (Ghaib), Aku ingin memperkenalkan siapa Aku, maka Aku ciptakan mahluk.Oleh karena itu Aku memperkenalkan diri-Ku kepada mereka.Maka mereka mengenal Aku”.
Hadits tersebut memberi petunjuk bahwa Allah dapat dikenal oleh manusia.Caranya  dengan mengenal atau meneliti ciptaan-Nya. Ini menunjukkan bahwa ma’rifat dapat terjadi, dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

Daftar pustaka

SUWITO, sejarah sosial pendidikan islam, Jakarta, Prenada Media, cet ke-1, 2005
Tim Penyusun MKD UIN Sunan Ampel Surabaya, Akhlak Tasawuf, Surabaya,cet. Ke-3, 2013
http://belajarilmutasawuf.blogspot.com/2011/10/pengertian-marifat.html
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Raja Grafindo Persada, Jakarta, cet. Ke-4, 2002
Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1983
Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, Bina Ilmu, Surabaya, cet. Ke-1, 1995
Tim Penyusun MKD UIN Sunan Ampel Surabaya, Akhlak Tasawuf, Surabaya,cet. Ke-3, 2013



[1]Jamil Shaliba, Al Mu’jam al Falsafi Jilid 2, Dar al-Kitab, Beirut, 1979, hlm. 72.
[2] Jamil Saliba, Mu’jam al-Falsafi, Jilid II. (Beirt: Dar al-Kitab 1979).Lihat juga Abuddin Nata, Akhlak, 219-220.
[3]Tokoh sufi yang lahir di Mesir, 180 H / 796 M – 246 H / 860 M, “Zunnun” yang artinya “Yang empunya ikan Nun”.
[4]H. A Mustofa, Drs, Akhlak Tasawwuf, Pustaka Setia, Bandung, 2008.
[5]Ibid.
[6]Khalifah Abbasiyah, memerintah tahun 232 H / 847 M – 247 H  / 861 M.
[7]               ثُمَّرَدَدْنَاهُأَسْفَلَسَافِلِينَلَقَدْخَلَقْنَاالْإِنْسَانَفِيأَحْسَنِتَقْوِيم

[8]Al-Syarbasi, Sejarah Tafsir Al-Qur’an, Dar Al-Ma’arif, Mesir, 1978, hlm. 56
[9]Muhammad Fu’ad ‘Abd al-Baqa, Al-Mu’jam al-Mufahras li Afadz al-Qur’an al-Karim, Dar al-Fikr, Beirut, 1987, hlm. 725-726
[10]Ibid
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com