Rabu, 12 April 2017

Sukses Dalam Mitos


Dalam kehidupan dunia, manusia pasti memiliki target dan tujuan hidup masing-masing. Dengan berbagai perencanaan dan refrensi, mereka rela melakukan apa saja untuk mencapai apa telah menjadi tujuan mereka. Hingga kata sukses sering kali mereka agungkan ketika telah mendapatkan hasil yang sesuai dengan planning yang telah mereka rencanakan. Dalam berbagai definisi yang ada, kesuksesan bisa dikatakan sebagai keberhasilan yang didapatkan oleh seseorang ketika mereka mampu dan bisa mencapai tujuan. Sukses juga sering dijadikan impian. Untuk mencapai kata sukses tersebut, manusia perlu melakukan berbagai usaha. Seperti melakukan perencanaan yang matang dengan diimbangi dengan berbagai pertimbangan mengenai hambatan dan dukungan yang nantinya akan terjadi dalam pelaksanaan sebuah perencanaan. Menentukan tujuan yang pasti dan identifikasi situasi dan kondisi.
Kesuksesan termasuk pandangan yang bersifat subjektif. Yang mana untuk mengatakan sebuah usaha atau kegiatan bisa dianggap sukses, setiap orang memiliki pandangan dan ukuran masing-masing dalam memaknai sebuah kesuksesan. Secara general seseorang bisa dikatakan sukses apabila ia telah mencapai tujuannya. Misal, seorang pengusaha akan mengatakan dirinya bisa dibilang kaya ketika ia memiliki mobil, perusahaan dan lain-lain. Pendangan seperti ini mungkin saja bisa berbeda dengan orang-orang biasa yang hidup sederhana di perkampungan kelas menengah hingga kelas bawah. Mungkin bisa jadi bagi mereka makna kaya bisa dikatakan ketika mereka bisa makan enak setiap harinya, tanpa perlu memiliki mobil, perusahaan dan lain-lain seperti pandangan orang-orang pengusaha. Begitulah perbedaan pengalaman personal dan kultural setiap orang berpengaruh menentukan ukuran bagi mereka masing-masing dalam memaknai sebuah kesuksesan.
Senada dengan yang telah dipaparkan oleh salah satu ahli semiologi yakni Roland Barthes. Dalam teori mitologinya ia membahas mengenai pemaknaan terhadap sesuatu yang terjadi di masyarakat. Dalam sistem pemaknaan Barthes ia menjelaskan mengenai makna denotasi (makna sebenarnya yang ditangkap oleh panca indra dalam proses sensasi) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman dan kultural personal). Selain itu Barthes juga melihat aspek lain dari sistem penandaan, yaitu “mitos” yang menandai suatu masyarakat. Mitos menurut Barthes terletak pada tingkat kedua pemaknaan, jadi setelah terjadi pemaknaan secara denotasi dan konotasi, tanda tersebut akan menjadi tanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan menjadi mitos.
Jika dihubungkan pada pandangan setiap orang yang berbeda mengenai kesuksesan, dalam semiologi yang ditawarkan Barthes dapat menjadikan pemaknaan konotasi berkembang menjadi denotasi yang kemudian dapat disebut sebagai mitos yang dipercaya dan diakui bagi golongan-golongan masyarakat tertentu sesuai dengan latar belakang dan lingkungan masing-masing. Bagi kelompok pengusaha akan mengakui kesuksesan apabila mereka memiliki kekayaan sesuai dengan pandangan dan ukuran menurut mereka. Berbeda dengan orang-orang yang tergolong masyarakat menengah kebawah, yang belum tentu menjadikan kekayaan sebagai ukuran kesuksesan bagi mereka.
Selain itu, kesuksesan ciptaan media juga berpengaruh terhadap pandangan-pandangan yang muncul mengenai kesuksesan. Kekutan media berkesempatan besar menyumbang pemikiran-pemikiran masyarakat melalui kesuksesan yang ditampilkannya. Apa yang disirakan tak lain dan tak bukan selalu tertuju pada kesuksesan besar dengan mayoritas menggunakan materi sebagai objek yang nantinya diukur sebagai pencapaian kesuksesan. Tak jarang media memberitakan seorang public figure yang bisa dikatakan sukses dengan menonjolkan materi yang ia miliki. Sehingga sedikit banyak membangun pemahaman bagi masyarakat mengenai kekayaan yang mayoritas dianggap sebagai kesuksesan. Padahal, kesuksesan tidak hanya tertuju pada satu ukuran saja. Bukan hanya dengan materi semata seseorang bisa dikatakan sukses, masih banyak objek lain yang bisa dijadikan sebagai ukuran. Hanya saja paradigma yang ditawarkan media ini mendapatkan dukungan sekaligus diyakini dan diakui kebenarannya bagi masyarakat. Pemaknaan yang ditangkap oleh masyarakat mengenai kesuksesan yang dikabarkan media ini kemudian menjadi makna baru yang diyakini dan dianggap benar, dengan menganggap kekayaan menjadi salah satu ukuran kesuksesan seseorang. Begitulah kesuksesan dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk mitos yang tercipta dan berkembangan di masyarakat. 

2 komentar:

Dani Wahyu mengatakan...


Thanks infonya. Oiya ngomongin mitos, saya juga nemuin artikel menarik nih yang ngebahas tentang mitos kesuksesan yang masih dipercaya banyak orang. Cek di sini ya man teman: Jangan percaya mitos tentang sukses ini

Mujaitun Tukiman mengatakan...

Saya suka artikelnya https://www.cekaja.com/info/5-sma-swasta-terbaik-di-bandung

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com