A.
Pengertian
ilmu dan metode keilmuan
Ilmu adalah pengetahuan yang mempunyai
ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri inilah yang membedakan ilmu dan pengetahuan
lainnya. Salah satu cirri keilmuan adalah landasan antologisnya, ialah landasan
yang didasarkan pada jawaban yang diberikan oleh ilmu terhadap
pertanyaan-pertanyaan.[1]
Disamping itu, pertanyaan keman ahakekatnya
menanyakan tentang sesuatu yang telah terjadi baik pada masa lalu, masa
sekarang maupun akan dating. Pertanyaan ini mengakibatkan munculnya tiga macam
pengetahuan.
1. Pengetahuan yang timbul dari
hal yang bersifat kebiasaan (berulang-ulang) dan pengetahuan itu kemudian dapat
dijadikan pedoman atau titik tolak untuk mengetahui berbagai hal yang akan terjadi
2. Pengetahuan yang lahir dari
pedoman yang terkandung dalam adat istiadat/kebiasaan yang berlaku dalam
masyarakat
3. Pengetahuan yang timbul dari
pedoman yang dipakai sebagai hokum bagi suatu peristiwa yang dijadikan
pegangan. Dengan kata lain pengetahuan yang didapatkan dari jawaban “kemanakah”
tergolong pengetahuan yang bersifat normative (spekulatif).[2]
Objek penelaan ilmu adalah seluruh segi
kehidupan yang dapat diuji oleh panca indra manusia. Dalam usaha memperoleh
pengetahuan, ilmu membuat tiga asumsi mengenai objek empiris tersebut.
1) Ilmu berasumsi bahwa
objek-objek tertentu, satu dengan yang lain mempunyai keserupaan misalnya
mengenai bentuk struktur, sifat dan sebagainya.
2) Asumsi bahwa suatu benda
dalam jangka waktu tertentu tidak mengalami perubahan.
3) Asumsi bahwa gejala bukan
merupakan kejadian yang bersifat kebetulan, tetapi mempunyai pola tertentu yang
bersifat tetap, dengan urutan kejadian yang sama.[3]
Dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia baik
konkret maupun abstrak, yang belum tersusun dan diperoleh dari berbagai sumber.
Sumber dimana pengetahuan tersebut diperoleh disebut sumber pengetahuan.
Sumber-sumber pengetahuan adalah:
1. Panca indra
2. Pikiran
3. Wahyu
4. Instuisi
Sedangkan hasil olah pikir manusia ada dalam berbagai
bentuk. Ada yang disebut mithos, filsafat dan ilmu.[4]
B.
Tema dan
tinjauan umum filsafat ilmu
Filsafat ilmu ialah penyelidikan tentang
cirri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk memperolehnya. Dengan kata
lain, filsafat ilmu sesungguhnya merupakan suatu penyelidikan lanjutan.filsafat
ilmu tidak berhenti pada pertanyaan mengenai bagaimana pertumbuhan serta cara
penyelenggaraan ilmu dalam kenyataan, melainkan mempersoalkan masalah
metodologik, yaitu mengenai azas-azas serta alasan apakah yang menyebabkan itu
dapat mengatakan bahwa ia memperolaeh pengetahuan “ilmiah”.[5]
C.
Istilah,
definisi dan ragam ilmu pengetahuan
Istilah ilmu
pengetahuan dalam Bahasa Arab berasal dari kata ‘alima
ya’lamu yang memiliki arti “memahami benar-benar”.
Sedangkan dalam Bahasa Inggris disebut science yang berasal dari Bahasa Latin secientia
[pengetahuan] dan scire [mengetahui].
Adapun dalam istilah ilmu
pengetahuan yang
selanjutnya disebut ilmu [science] menyandang dua makna, yaitu sebagai
produk dan sebagai proses. Dengan demikian keberadaan ilmu menunjukkan pada
intelektual yang memiliki struktur yang unsur-unsurnya meliputi:
1) Pra-anggapan sebagai guiding
principle
2) Bangunan sistematis yakni metode
dan subtansi [konsep dan teori]
3) Keberlakuan intersubyektif
4) Tanggung jawab etis
Dari sudut subtantasi, dikenal istilah Ilmu
Formal dan Ilmu Empiris. Pada hakekatnya, ilmu lahir, tumbuh, dan berkembang
karena aktifitas penalaran manusia. Dari sejarah ilmu pengetahuan tercatat,
bahwaa penemuan api merupakan budaya yang membedakan manusia dari makhluk lain.
Sehingga, sampai sekarang tak ada makhluk lain yang dapt membuat api.
Penalaran hakikatnya merupakan suatu proses
berfikir dalam menarik suatu kesimpulan berupa pengetahuan. Sebagai suatu
kerangka berpikir, maka penalaran mempunyai cirri-ciri yaitu: adanya suatu pola
berpikir yang secara luas dapat disebut logika, dan sifat analitis dari proses
berpikirnya.
Dengan demikian, penalaran merupakan suatu kegiatan
berpikir yang menyandarkan diri kepada suatu analisis dan kerangka berpikir
yang dipergunakan untuk analisis tersebut adalah logika penalaran yang
bersangkutan.[6]
D.
Arah dan
fungsi filsafat ilmu
Tugas pokok studi ilmu pengetahuan adalah
mengembangkan ilmu. Filsafat ilmu bertugas member landasan filosofik untuk
minimal memahami berbagai konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu, sampai
membekalkan kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Secara subtantif fungsi
pengembangan tersebut memperoleh pembekalan dan disiplin ilmu masin-masing,
agar dapat menampilkan teori subtantif. Selanjutnya secara taknis diharapkan
dengan dibentuk metodologi, pengembangan ilmu dapat mengoperasionalkan pengembangan
konsep tesis, dan teori ilmiah dari disiplin ilmu masing-masing.[7]
E.
Obyek
telaah filsafat ilmu
Setidaknya
ada empat obyek telaah filsafat ilmu. Dua obyek menelaah subtansinya, dan dua
menelaah instrumentasinya. Berturut-turut obyek filsafat ilmu adalah :
a) Fakta atau kenyataan
b) Kebenaran
c) Uji konfirmassi
d) Logika inferensi
Secara sistematis logika inferensi dapat
diklasifikasikan menjadi empat sisi, yaitu:
1) Logika dalam paradigma
kuantitatif dan logika dengan paradigma kualitatif
2) Sistem logika induktif dan
sistem logika deduktif
3) Penggunaan teori kategorik
atau probabilistik
4) Dari sisi eranya, dapat
dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Era positivistik
2. Post positivistic
3. Era postmodern[8]
Untuk
menetapkan dasar pemahaman tentang filsafat ilmu tersebut, sangat bermanfaat
menyimak empat titik pandang dalam filsafat ilmu, yaitu:
1. Filsafat ilmu adalah
perumusan world-view yang konsisten dengan teori-teori ilmiah yang
penting
2. Filsafat ilmu adalah suatu
eksposisi dari presupposition dan pre-disposition dari
para ilmuan
3. Filsafat ilmu adalah suatu
disiplin almu yang didalamnya terdapat konsep-konsep dan teori-teori tentang
ilmu yang dianalisi dan diklasifikasikan.
4. Filsafat ilmu merupakan suatu
patokan tingkat kedua.[9]
F.
Cabang-cabang
keilmuan filsafat
Pokok permasalahan yang dikaji filsafat
mencakup tiga segi yakni apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah
(logika), mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika), serta
apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estetika).[10]
Cabang-cabang keilmuan yang terdapat
dewasa ini, pada dasarnya berkembang dari dua cabang utama, yaitu:
1. Filsafat alam
2. Filsafat moral
Ilmu-ilmu
alam membagi diri menjadi dua kelompok, yaitu:
a) Kelompok ilmu alam
b) Kelompok ilmu hayat
Ilmu
bercabang menjadi beberapa cabang, yaitu:
1. Fisika
2. Kimia
3. Astronomi
4. Ilmu kebumian
5. Dll
Meskipun tidak sepesat ilmu-ilmu
alam, ilmu sosial juga berkembang dan terbentuklah cabang-cabang utama, yaitu
1. Antropolgi
2. Psikologi
3. Ekonomi
4. Sosiologi
5. Ilmu politik
Selanjutnya pada setiap cabang tersebut
mempunyai cabang-cabang lagi yang bertujuan mempelajari bidang yang lebih
menkhususkan.[11]
G.
Fungsi
dan tujuan ilmu
pada
dasarnya, ilmu merupakan sumber pengetahuan yang berfungsi memberikan
penjelasan atau dugaan terhadap permasalahan yang dihadapi. Ilmu dengan
perangkat cara berpikirnya dan doktrin-doktrinnya telah mampu menganalisis
masalah kehidupan dengan berbagai seginya, termasuk juga masalah moral.
Perkembangan teknologi telah memberikan pengaruh terhadap peradaban manusia,
pengaruh positif dan pengaruh negative.[12]
Adapun
tujuan ilmu, yaitu:
1. Mendalami unsure-unsur pokok
ilmu
2. Memahami sejarah pertumbuhan,
perkembangan dan kemajuan ilmu diberbagai bidang
3. Menjadi pedoman bagi dosen
dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan tinggi
4. Memdorong pada calon ilmuan
untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan mengembangkannya
5. Mempertegas bahwa dalam
persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan.[13]
Kesimpulan
pada
prinsipnya ilmu adalah suatu pengetahuan yang teratur yang terkait dengan hukum
sebab akibat yang disebut kausalitas. Sehingga bilamana seseorang mendapat
pengetahuan tentang suatu masalah lewat suatu informasi, harus disesuaikan dan
disusun dengan jalan pikiran mengetahui sebab kejadiannya dan akibat yang
ditimbulkannya. Pengetahuan atau pengalaman baru dianggap sebagai ilmu
pengetahuan apabila pengetahuan itu disertai konsep kausalitas pada masalah
yang dialaminya.
Ilmu
adalah merupakan bagian dari pengetahuan, demikian pula seni dan agama. Jadi
dalam pengetahuan tercakup didalamnya ilmu, seni dan agama. Filsafat
sebagaimana pengertiannya semula bias dikelompokkan kedalam bagian tersebut,
sebab pada permulaannya filsafat ilmu identik dengan pengetahuan. Akan tetapi
lama kelamaan ilmu-ilmu khusus menemukan kekhasannya sendiri untuk kemudian
memisahkan diri ari filsafat.
Demikianlah
kemajuan berpikir manusai dari kurun ke kurun mengalami perkembangannya.
Daftar
pustaka
M. Zainuddin. Filsafat ilmu : perfektif
pemikiran islam, cet. I, Bayumedia, Jakarta, 2003.
Bakhtiar, amsal. Filsafat ilmu, Rajawali,
Jakarta, 2012.
Purnama, heri. Ilmu alamiah dasar, cet. IV, Rineka
cipta, Jakarta, 2008.
Muhadjir, noeng. Filsafat ilmu: positivism,
postpositvisme dan postmodernisme, cet. II, Rakesarasin, Yogyakarta, 2001.
Peursen, van. Pengantar filsafat ilmu, Tiara
wacan, Yogyakarta, 2003.
Trianto. Wawasan ilmu alamiah dasar: perspektif
islam dan barat, Prestasi pustaka, Jakarta, 2007.
Suhar. Filsafat umum, Gaung persada press,
Jakarta, 2009.
Supriasumantri, jujun s. Filsafat ilmu :
sebuah pengantar populer, Tiara wacana, Jakarta, 2003.
[3]Heri purnama, Ilmu alamiah dasar(Jakarta:
Rineka cipta, 2008), hal 74,75.
[5]
Van peursen, pengantar filsafat ilmu(Yogyakarta: Tiara wacana, 2013),
hal 1,2.
[7] Noeng muhadjir, filsafat ilmu: postivisme,
postpositivisme, dan postmodernisme(Yogyakarta: Rakesarasin, 2001), hal
2,3,4.
[8] Noeng muhadjir, filsafat ilmu: postivisme,
postpositivisme, dan postmodernisme(Yogyakarta: Rakesarasin, 2001), hal
6,7.
[10] Jujun S. Suriasumantri, Filsafat ilmu: sebuah
pengantar popular(Jakarta: Pustaka sinar harapan, 2003), hal 32.
0 komentar:
Posting Komentar