Moral,
seringkali disebut jika sedang melihat atau menilai perilaku seseorang yang
kurang tepat, dimanapun ia berada, kapanpun waktunya, bagaimanapun caranya,
bahkan dengan siapapun ia berinteraksi. Moral memiliki arti harfiah kebiasaan,
yang mana setiap pribadi seseorang pasti memiliki kebiasaan masing-masing.
Begitu juga pada komunal manusia pada suatu tempat, pastinya juga memiliki
kebiasaan tersendiri yang menjadi perbedaan dengan kelompok lain.
Pada
abad ke-21 ini teknologi dan informasi berkembang sangat pesat. Manusia
seolah-olah berada dalam suatu tempat khusus yang dapat melihat dunia secara
keseluruhan tanpa mengunjungi satu-persatu tempat di dunia. Kehadiran teknologi tersebut memberikan
implikasi yang sangat besar terhadap kehidupan manusia, termasuk mahasiswa.
Sebagai agen perubahan, mahasiswa dituntut untuk bisa menyeimbangkan laju
perkembangan tersebut.
Jika
dipandang dari kacamata religi, keislaman seseorang dapat dinilai dari
tingkatan-tingkatannya masing-masing yang dimiliki tiap individu. Mulai dari
yang nominalistik (islam sebatas status) hingga yang holistik (islam kaffah).
Lalu pada tingkat keberapa keislaman mahasiswa sekarang ? Atau hanya sebatas
status (nominalistik), jika penampilannya saja sudah tak menunjukkan nilai
religi, apalagi mahasiswa pada kampus islam.
Untuk
melihat dan menukik lebih dalam terkait bentuk-bentuk dekadensi moral yang
banyak terjadi pada kalangan mahasiswa saat ini, perlulah kita mengetahui
sebabnya kemrosotan ini terjadi. Sebagian besar media berperan aktif dalam
setiap perubahan, tak terkecuali pada perubahan moral mahasiswa masa kini.
Menghindari
media juga tidak perlu dilakukan, lantas apa yang perlu diperbuat agar
dekadensi ini tidak semakin parah ?. Sedangkan media sendiri sangatlah berperan
dalam perkembangan kehidupan manusia. Filterasilah yang sangat dibutuhkan
dikala pengaruh itu lebih besar ketimbang benteng pertahanan moral. Tak semua
yang diberitakan media adalah hal positif yang dapat dipraktekkan diberbagai
tempat, ada pertimbangan tersendiri yang dilakukan. Begitu juga tentang budaya
yang dipublikasikan, tak semua Negara dapat menerima serta merta budaya lain
yang diberitakan melalui media. Memang ada beberapa yang memaksakan diri
mengikuti budaya lain untuk diterapkan pada kehidupannya demi eksistensi diri,
namun lagi-lagi terkesan tak sesuai dengan moral yang awalnya dianut oleh
budaya.
Maka
dari itu, sangatlah penting melakukan filterasi terhadap tayangan media, baik
cetak maupun elektronik. Memang perlulah kita mengadopsi pemikiran atau gaya
hidup yang sekiranya mengembangkan pada perubahan yang baik dan sesuai dengan
moral dan etika yang berlaku di Negara kita. Dan meninggalkan tayangan yang
sekiranya tak pantas untuk diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari, mengingat
Negara kita adalah Negara yang menganut budaya timur, yang menjunjung tinggi
nilai kesopanan dan keteladanan.
0 komentar:
Posting Komentar