Berawal dari kegerahan masyarakat akan
ketidakadilan yang semakin merajalela di Indonesia membangkitkan semangat
reformasi warga terutama warga kampus, mulai dari mahasiswa, dosen, karyawan
hingga rektor. Tragedi 1998 yang bermotif kepentingan populis untuk menuntut
penurunan Soeharto dari kursi kekuasaan yang sudah 32 tahun memanjakannya ini
menggerakkan banyak massa untuk serentak turut dalam aksi turun jalan pada 12
Mei 1998 silam. Dipengaruhi oleh krisis finansial yang dialami Asia sepanjang
tahun 1997-1999 memberi dampak yang luar biasa pada perekonomian Indonesia.
Bukan hanya itu, krisis multidimensi juga turut andil menjajah Indonesia,
diantaranya yaitu krisis politik, krisis hukum hingga krisis kepercayaan.
Jatuhnya perekonomian Indonesia sejak 1997
membuat pemilihan pemerintahan Indonesia saat itu sangat menentukan bagi
pertumbuhan ekonomi bangsa supaya dapat keluar dari krisis ekonomi tersebut.
Pada bulan Maret 1998 MPR menetapkan Soeharto untuk menjadi Presiden kembali,
walaupun keputusan tersebut sangat disayangkan oleh mahasiswa dan sebagian
masyarakat. Hal ini menyebabkan mahasiswa terpanggil untuk menyelamatkan bangsa
ini dari krisis dengan menolak dipilihnya kembali Soeharto sebagai Presiden.
Dengan caramelakukan aksi mereka
menyurakannya, mulai di kampus hingga turun jalan.
Semangat nasionalis yang dimiliki oleh
beberapa mahasiswa yang
berusaha mempropanganda massa yang lainnya untuk melakukan gerakan aksi
bersama. Dengan bantuan media yang memberitakan mengenai berbagai aksi di
berbagai daerah, seperti Yogyakarta, Bogor hingga Jakarta semakin meyakinkan
massa untuk melakukan hal serupa secara serentak. Efek yang ditimbulkan media
terbilang sangat mempengaruhi, bukan hanya sekedar kognitif (informatif) saja, setelah berhasil menyampaikan pesan
secara afektif, media membuat
massa terstimuli untuk turut melakukan tindakan. Alhasil sekitar 6000 massa
berhasil dibariskan untuk melakukan aksi
dengan besar-besaran
dari kampus Trisakti menuju gedung MPR.
Bermula dari aksi damai yang dilakukan
massa yang membuat aksi mimbar bebas dan acara penurunan bendera setengah tiang
yang diiringi lagu Indonesia Raya yang dikumandangkan bersama. Berlanjut dengan
perjalanan menuju ke pintu gerbang arah Jl. Jend. S. Parman, belum sempat
menginjakkan kaki di gedung MPR para demonstran dihadang oleh sejumlah aparat
yang kemudian diantara mereka melakukan perundingan.
Perwakilan dari pihak aparat dan pihak
mahasiswa melakukan negosiasi yang mengahasilkan keputusan untuk mundur bagi
mahasiswa. Namun sungguh disayangkan, hasil penegosasian yang awalnya
diharapkan dapat saling menguntungkan malah menimbulkan masalah. Bukan dari isi
perjanjiannya melainkan pihak aparat yang tak mengindahkan hasil negosiasi.
Belum sempat seluruh mahasiswa kembali memasuki gerbang kampus Trisakti,
terdengar suara ledakan oleh salah satu aparat yang menimbulkan kekacauan tak
terkendali, hingga menewaskan
empat mahasiswa Trisakti dalam kericuhan tersebut.
Berkaca dari tragedi memilukan tersebut
membuat nama mahasiswa sempat diindahkan oleh masyarakat sebagai peran
perubahan, yang berorientasi pada kepentingan masyarakat, membela rakyat,
hingga menegakkan keadilan. Dengan motif yang jelas serta latar belakang yang
mendukung. Nama mahasiswa sampai
dianggap sebagai bintang lapangan pada peristiwa yang terjadi di 98’.
Namun bila dibandingkan dengan zaman post
modern kini,
sudah jarang terdengar lagi yang namanya pergerakan mahasiswa, semangat
memperjuangkan kepentingan masyarakat seakan-akan tak lagi hidup dihati para
mahasiswa. Entah sistem yang membatasi atau memang keapatisan mahasiswa itu
sendiri yang menjadikannya tak tahu atau tak mau tahu mengenai kepentingan
masyarakat? Adapun beberapa aksi yang masih dilakukan oleh sejumlah mahasiswa, namun
hal itu perlu dipertanyakan motifnya. Apakah demi kepentingan masyarakat atau hanya berorientasi
pada kepentingan pribadi seperti
pencitraan bahkan urusan perut?
Sebelum melakukan aksi, sebagai mahasiswa
yang memegang peran penting harusnya mengenali terlebih dahulu masalah apa yang
akan dihadapi. Melakukan analisis dan mengkaji isu secara detail hingga ke akar
permasalahnnya. Melakukan riset dan lain sebagainya. Guna mendukung dan
memperkuat bukti bahwa apa yang akan dilakukan memang perlu untuk diperjuangkan. Bukan hanya sekedar
turut andil dalam barisan tanpa mengetahui tuntutan yang diajukan.
Begitu juga dengan pergerakannya, bukan
hanya sekedar aksi turun jalan dan merusak fasilitas negara. Dalam Agama Islam telah mengajarkan tata caramenyeruhsecara baik dan benar. Perlu
diketahui konsep “Amar Ma’ruf Nahi Munkar” yang mana hal tersebut menyeruh pada
perbuatan yang baik dan melarang perbuatan yang buruk. Dalam beradvokasi kita
tidak hanya bertujuan untuk menuntut keadilan, tetapi kita sebagai advokat juga
dituntut untuk berlaku adil. Perjanjian yang nantinya akan disepakati tidak
hanya menguntungkan pada satu pihak, melainkan juga kepada semua pihak yang
terlibat.
Dalam melakukan advokasi juga diperlukan
teknik propaganda. Yang mana peranan propaganda sangatlah menentukan hasil
negosiasi yang diharapkan dapat memberikan keuntungan bersama. Teknik yang
sepantasnya digunakan dalam keadaan zaman sekarang yang lebih tepat adalah
menggunakan model Bottom-Up, yang mana teknik ini melakukan pendekatan
dari bawah ke atas. Bukan langsung menyerang bagian teratas dengan berbagai
sorakan yang tak dihiraukan,
dan berakhir dengan kericuhan tak berhasil.
Nilai-nilai advokasi dalam Islam memang
sudah ada sejak zaman Rasulullah, yang mana beliau seringkali melakukan perjanjian
dengan kaum lain demi kepentingan bersama. Namun apabila hasil negosiasi sudah
tak lagi diindahkan dan terasa
dirugikan
oleh pihak lain, bukan berarti kita hanya diam dan menerima keadaan. Lagi-lagi
keadilan harus ditegakkan. Kita harus kembali memperjuangkan dan menuntut
keadilan tersebut. sebagai jalan terakhir barulah aksi turu jalan menjadi pilihan untuk
menyuarakan tuntutan masyarakat. Begitulah seharusnya yang perlu diketahui
sebelum melakukan aksi. Mengetahui akar permasalahan, mengkaji isu dan
melakukan advokasi, bukan hanya sekedar turun jalan yang massasendiri tak mengerti latar
belakangnya.
0 komentar:
Posting Komentar