Kehadiran
media sudah bukan lagi hal yang baru dalam kehidupan manusia. Dengan berbagai
manfaat yang diberikan oleh media membuat manusia menyambut kehadiran media
dengan tangan terbuka. Bahkan manusia itu sendiri terus menciptakan media-media
lainnya yang lebih canggih. Media kini telah berada pada kedudukan yang lebih
tinggi ketimbang politik, bahkan politik sangat memerlukan media. Sebagai
sarana utama dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia, media seringkali
dianggap sebagai hal yang paling penting. Contoh sederhana saja dikehidupan
nyata yang seringkali terjadi, bahwa seseorang merasa tak hidup apabila
handphone (salah satu bentuk media) miliknya tertinggal di rumah saat sedang
bepergian. Ia merasa hidup sebatang kara apabila tak membawa handphone miliknya
kemanapun ia pergi. Padahal disitulah kesempatannya untuk mengenal orang lain
dengan cara berinteraksi langsung tanpa menggunakan media, namun yang terjadi
malah sebaliknya. Sebegitu pentingnya kehadiran media bagi manusia, hingga
menjadikan media pegangan utama dimanapun manusia berada.
Selain
itu kehadiran media juga memberikan banyak perubahan, bukan hanya pada manusia,
melainkan juga pada berbagai aspek kehidupan. Mulai dari sosial, politik,
keagamaan, pemerintahan, pendidikan, dan lain sebagainya. Dengan fungsi-fungsi
yang diberikan oleh media membuat penyaluran informasi penting bisa terakses
lebih cepat. Media seringkali disebut sebagai alat penghubung, yang mana dengan
media dapat menghubungkan seseorang dengan orang lain yang terpisah jarak
berkilo-kilometer jauhnya, bahkan hingga ke luar negri sekalipun. Dengan
manfaat yang begitu besar dan beragam menjadikan media sebagai alat untuk
mengenal dunia secara luas. Dengan media kita dapat mengetahui berbagai macam
hal yang tengah terjadi diberbagai penjuru dunia dalam waktu sekejap saja,
memperoleh berbagai pelajaran, dan juga ide-ide kreatif lainnya.
Tak
dapat dipungkiri segala sesuatu yang memiliki kelebihan juga pasti memiliki
kekurangan, kehadiran media juga kerapkali menghadirkan kecemasan bagi
msyarakat, lebih-lebih dari pengaruh yang ditimbulkan oleh media. Dengan
penawaran canggih yang memudahkan membuat manusia meninggalkan gaya hidup yang
lama menuju pada kehidupan yang dianggap lebih modern, begitulah mereka
menyebutnya. Tak terlepas juga bagi komunikasi yang telah mengalami perubahan
oleh media, orang-orang dulu melakukan komunikasi dengan bertatap muka (bertemu
langsung tanpa ada perantara), namun dengan media membuat manusia bisa melakukan
komunikasi tanpa bertemu langsung. Dengan begitu efek yang diberikan media
yaitu perubahan komunikasi secara fundamental.
Nama-nama
selebritis terkenal kerapkali menghiasi layar kaca televisi yang juga merupakan
salah satu bagian dari media, menggeser keberadaan budaya lokal. Hingga
melahirkan budaya baru yang melibatkan media, tak sedikit film-film yang
ditayangkan mengikutsertakan media dalam sebuah peran dalam ceritanya. Seperti
film “Her” yang mengisahkan seorang laki-laki yang memiliki hubungan intim
dengan teknologi OS (Operating System), yang mana perempuan yang dicintainya
hanyalah sistem operating yang dibuat oleh manusia, bukanlah manusia asli pada
realitanya. Dalam cerita tersebut kisah seperti itu tidak hanya terjadi pada
satu orang saja, namun hampir semua warga juga merasakan hal sama. Budaya yang
baru ini menimbulkan kecemasan tersendiri bagi masyarakat yang mengakibatkan
kehidupan manusia pada akhirnya sudah tak membutuhkan komunikasi langsung lagi
sesama manusia.
Dari
berbagai pengaruh yang terjadi akibat adanya media membuat para pengkaji media
dan budaya kritis telah menggunakan beberapa pendekatan untuk memahai arti
penting kehadiran media dalam kehidupan sehari-hari.
Media sebagai pembentuk
Sesuai
dengan salah satu fungsi media, yaitu persuasive yang mana menjadikan
media sebagai alat untuk memengaruhi pemikiran masyarakat terhadap sesuatu yang
diberitakannya. Dalam pendekatan ini lebih memfokuskan cara bagaimana
memengaruhi masyarakat untuk mengikuti apa yang diberitakan oleh media. Dengan
kata lain media terus berusaha menyetting gaya hidup masyarakat agar sesuai
dengan yang diinginkan oleh media.
Media sebagai cermin
Selain
untuk memersuasif, media juga seringkali memberitakan sesuai dengan apa yang
terjadi dimasyarakat. Kali ini media yang mengikuti perubahan di masyarakat,
yang mana segala sesuatu yang terjadi di masyarakat akan ditampilkan oleh
media. Dapat dikatakan peran media disini yaitu untuk merefleksikan dunia
secara netral.
Media sebagai pengemas atau
representasi
Nah
disinilah media mulai membatasi atau menyeleksi berita apa saja yang layak
diberitakan. Tak semua yang terjadi dimasyarakat akan dijadikan berita yang
layak tayang, sejatinya yang diberitakan media bukanlah merefleksikan dunia
secara netral, akan tetapi harus melawati tahap penyeleksian data. Namun
terkadang dari sini juga kesalahpahaman itu terjadi. Apabila berita yang
ditayangkan tak seutuhnya diberitakan karena telah mengalami filterasi membuat
berita tersebut sudah bukan lagi sesuai dengan realita, terkadang lebih
parahnya dapat menimbulkan kesalahan, membuat yang salah menjadi benar begitu
juga sebaliknya.
Media sebagai guru
Kembali
lagi pada fungsi media secara umum, salah satunya yaitu fungsi edukasi, yang
mana dengan adanya media ini diharapkan dapat menjadi sarana pendidikan yang
lebih efektif dan lebih luas. Media dipandang sebagai sarana utama bagi
kebanyakan dari kita untuk mengalami dan belajar tentang berbagai aspek dunia
di sekitar kita. Berdasarkan pandangan ini, selain kita mendapatkan pelajaran dari
bangku sekolah atau perkuliahan, kita juga dapat mengambil berbagai pelajaran
dari tayangan yang disediakan oleh media. Namun lagi-lagi kecemasan kembali
hadir akibat adanya media ini, meski manfaat yang diberikan sudah terbilang
banyak. Dengan menjadikan media sebagai salah satu sarana pembelajaran bisa
jadi membuat jutaan anak-anak menganggap media sebagai “guru kedua” atau
“orangtua kedua”, yang mana membuat mereka lebih mengikuti media ketimbang
nasehat orangtua atau guru yang tak sesuai dengan apa yang mereka lihat dari
media dengan aturan benar yang sesungguhnya.
Media sebagai ritual
Dalam
kehidupan sehari-hari kehadiran media bukanlah hanya pada jam-jam tertentu,
namun pada seluruh waktu yang ada. Selama waktu masih berputar disitulah juga hadirnya
media. Seperti halnya ritual-ritual keagamaan. Pendekatan ini memandang media
dalam memberitakan atau menayangkan berita telah menjadi semacam ritualisme. Contoh
kecilnya pada media televisi, yang mana tayangan yang tawarkan ditampilkan
dalam berbagai macam program selama 24 jam. Hal ini dimaksudkan untuk menarik
minat khalayak untuk tetap terjaga dan menanti-nanti tayangan pada layar kaca
mereka masing-masing. Tak jauh berbeda seperti saat mereka menanti jadwal
ritual keagamaan yang mereka jalani secara rutin pada waktu-waktu yang telah
ditetapkan oleh agamanya. Ritualisme media dianggap telah menjadi ritualisme
agama baru yang menjangkiti masyarakat, yang sebagian besar waktu luangnya
dihabiskan untuk mengkonsumsi media dan berbagai produk budaya popular. Maka
sudah tak heran lagi jika mendengar banyak orangtua yang mengeluh karena
anak-anak mereka lebih sering menghabiskan waktu untuk menonton televisi
ketimbang mengaji.
Media sebagai “Tuhan”
Pendangan
ini terbilang lebih ekstrim daripada yang sebelumnya, selain melihat media
sebagai ritual baru, media juga dianggap sebagai Tuhan atau agama baru bagi
masyarakat yang terlalu mempercayakan diri pada perkembangan media. Lebih dari
seorang guru yang hanya sebatas sarana untuk pembelajaran, media diyakini
sebagai anutan atau pedoman hidup msyarakat. Yang mana menjadikan apa-apa yang
diberitakan melalui media sebagai aturan hidup yang perlu ditiru atau
diterapkan dalam kehidupan nyata. Mereka menganggap media sebagai jelmaan dari
“Tuhan kedua” atau “Tuhan pertama” yang memerintahkan jalan kebaikan dan
menawarkan pemecahan untuk melawan keburukan berdasarkan versinya sendiri.
Dengan
begitu khalayak dianggap sebagai penganut atau pengikut setia dari rittualisme
tayangan media. Tuhan-tuhan yang dimaksudkan media ini tak lain dan tak bukan
adalah selebriti-selebriti bentukan media, yang mana segala pemberitaan tentang
mereka membuat khalayak ingin meniru gaya hidup mereka yang diyakini dapat
meraih harapan kebahagiaan yang telah dijanjikan. Selain itu media juga mampu
menjual harapan dan impian.
Media
sering kali disandingkan dengan budaya konsumtif, yang mana budaya ini terlahir
oleh adanya media. Dengan melihat tayangan yang telah dikemas sedemikian rupa
membuat khalayak tertarik untuk meniru dengan tujuan ingin seperti
selebriti-selebriti ciptaan media, yang kemudia menumbuhkan budaya konsumtif
yang hingga kini melekat pada kehidupan sehari-hari. Media juga tak lepas dari
kegiatan memanipulasi berita dengan cara mendistorsi fakta bias dan stereotip
dalam pemberitaannya.
Perkembangan
media yang semakin canggih membuat media makin menjadi industri atau institusi
bisnis yang besar meski tanpa meninggalkan bentuknya sebagai institusi
masyarakat. Komodifikasi adalah titik masuk awal untuk menteorisasikan ekonomi politik
komunikasi. Vincent Mosco (2009) mendefinisikan komodifikasi sebagai proses
mengubah barang dan jasa termasuk komunikasi yang dinilai karena kegunaannya
menjadi komoditas yang dinilai karena apa yang akan mereka berikan di pasar.
Komodifikasi
adalah proses transformasi barang dan jasa yang semula dinilai karena nilai
gunanya (misalnya, nilai guna minuman untuk menghilangkan dahaga) menjadi
komoditas yang bernilai karena ia bisa mendatangkan keuntungan dipasar setelah
dikemas menjadi minuman dalam botol. Dari pengertian tersebut menunjukkan bahwa
perkembangan teknologi membawa masyarakat pada kehidupan yang memprioritaskan
keuntungan, yang mana menjadikan segala sesuatu yang bernilai guna menjadi produk
yang bersifat komersial. Dengan begitu membuat para produsen berlomba-lomba
mengemas produk mereka dengan kemasan semenarik mungkin atau dengan menggunakan
iklan yang bagus yang disertai dengan model-model ideal ciptaan media agar
membuat masyarakat lebih tertarik mengkonsumsi produk ciptaannya dengan harapan
dapat menyamakan diri sesuai dengan model yang ditampilkan.
0 komentar:
Posting Komentar