Surabaya, Jum'at 24042015 - 03.00.
Dalam perjalanan masyarakat dunia, tak terkecuali Indonesia bahkan di lingkungan kampus UIN Sunan Ampel Surabaya, setiap dinamika kehidupan senantiasa bergerak maju mengikuti perkembangan zaman. Tak terlepas dari perubahan, mahasiswa yang sering disebut sebagai komunitas terdidik, cerdas, memiliki berbagai keterampilan dan bervisi masa depan, dituntut berperan aktif sebagai pemikir hebat ataupun pekerja sosial transformatif yang diharapkan dapat mengawali dan menuntun perubahan ini kearah yang lebih baik.
Berbicara mengenai keaktifan mahasiswa memang
bukan suatu hal yang dapat dipungkiri. Hingga kini peran aktif mahasiswa tetap
nampak, namun bukan aktif dalam kegiatan intelektual organisatoris, melainkan
lebih kepada perancangan event yang tengah marak digandrungi oleh banyak
mahasiswa. Begitu juga yang terjadi dalam realita kehidupan warga kampus UIN Sunan Ampel Surabaya kini terbilang ramai. Mulai
dari keramain oleh mahasiswa yang hanya sekedar datang untuk kuliah hingga
pertemuan non akademik, seperti kegiatan-kegiatan ekstra kampus.
Tak
sedikit mahasiswa yang memiliki kesibukan ekstra kampus. Dari berbagai UKM
maupun UKK yang tersedia saling berlomba manggait kader untuk turut berkecimpung
menghidupkan organisasi. Entah itu melalui kegiatan intelek dalam bidang telaah
akademik khusus ataupun berbagai acara yang kini menjamur memenuhi ruang
kampus.
Hampir semua organisasi yang ada dikampus UIN
Sunan Ampel Surabaya umumnya dan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi khususnya,
berlomba-berlomba mengadakan event yang dapat menarik banyak audien.
Dari kegiatan ini mereka sebagai pelaksana beranggapan bahwa ketenaran atau
pengakuan keberadaan dari masing-masing organisasi dapat diketahui oleh banyak
warga kampus. Bukan hanya itu, keuntungan finansial dan hiburan semata yang menjanjikan juga melatarbelakangi perencanaan acara
terkait.
Entah
kemana arah perkembangan ini berjalan. Jika dilirik dari sisi positifnya,
pengadaan event yang menjamur ini menunjukkan semangat para mahasiswa
yang tak mau kalah dengan yang lain. Orientasi pasar disekitar lingkungan
kampus terus mempersuausi mahasiswa untuk melakukan hal serupa. Tak hanya itu,
kampus sendiri pun mendukung dengan adanya matakuliah yang bersangkutan dengan management
event yang sangat diapresiasi banyak pihak. Dengan begitu membuat para
mahasiswa saling bersaing menggait masa demi serentetan acara yang menjanjikan
keuntungan dan kemeriahan.
Selain
ajang untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam hal event organizer
dan management event, disini mahasiswa dapat berperan aktif untuk sebuah
acara besar yang dikerjakan bersama. Selain itu mereka juga mampu mengikuti
perkembangan zaman, yang mana hal tersebut kini tengah menjadi trend bahkan
sebagai ajang eksistensi pribadi.
Dari
beberapa kelebihan yang dijanjikan dari kegiatan tersebut, tak ubahnya dengan
manusia, yang mana pasti memiliki kekurangan pada setiap kelebihannya. Bukan
berarti buruk ataupun salah, karena segala sesuatunya pasti ada lebih dan kurangnya.
Jika kembali pada kegiatan yang dulu banyak diminati sejumlah organisatoris
yang aktif dalam organisasinya, mereka bukan hanya turut berkecimpung dalam event-event
yang mereka rancang. Namun pelbagai kegiatan intelektual juga dicakupnya. Seperti
kajian rutin ataupun diskusi yang selalu memenuhi ruang-ruang kosong
disela-sela bangunan kampus diluar jam kuliah. Bukan hanya sebagai ajang
pengembangan intelektual saja, dalam kajian tersebut mereka tidak hanya akan
menemukan satu pemikiran, melainkan banyak pemikiran yang berbeda dari orang
lain yang turut dalam kajian tersebut.
Dalam
setiap kali kita menghabiskan sebuah buku hanya akan ada satu pandangan saja
yang kita peroleh, namun apabila kita lanjutkan dengan proses kajian, maka
disana kita akan menemukan pandangan lain dengan berbagai argumen yang nantinya
kita sama-sama saling melengkapi dari banyak pemikiran oleh teman-teman patner
diskusi.
Akan
ada proses pertukaran pikiran, proses dialektika yang lebih luas dan yang lebih
penting yaitu akan ada proses dimana kita akan memahami sesuatu bukan hanya
dengan pikiran saja, melainkan dengan hati dan juga perasaan. Jiwa sosial kita
akan tumbuh, bukan hanya sebatas ke”Afektif”an saja, tetapi “Kognitif” juga.
Dengan begitu adanya kajian ini bertujuan untuk melatih otak kita untuk terus
berpikir dan melatih kepedulian kita pada kehidupan sosial. Disini kita juga
akan memahami seberapa penting menghargai pendapat orang lain, tidak bersikap
egois terhadap keinginan pribadi.
Sebenarnya
manfaat dari kajian itu sendiri sangatlah banyak, bukan hanya yang terpaparkan
diatas, hanya saja tak semua oragnisatoris kampus mau dan mampu mengikuti alur
yang terjadi dalam proses kajian. Alhasil mereka hanya terus menerus
berkecimpung dalam eksistensi “alamiyah”nya saja, dalam artian hanya
mengorientasikan diri pada perencanaan acara, tidak pada secara “ilmiyah”.
Untuk mencapai tujuan sebuah organisasi memang eksistensi sangatlah dibutuhkan,
seperti yang dijelaskan oleh Abraham Maslow, yang mana menempatkan eksistensi
atau aktualisasi diri pada urutan tertinggi.
Banyak
sekali bentuk eksistensi, diantaranaya yaitu eksistensi secara ilmiyah dan
secara alamiyah. Jika keduanya dapat berjalan berdampingan seiring
berkembangnya zaman, alangkah lebih baik untuk mendekati sebuah kesempurnaan.
Jadi bukan hanya sebatas alamiyah saja dalam artian memprioritaskan pada keunggulan bersaing dan mempertahankan
kesinambungan bisnis demi tuntutan peningkatan produktivitas kerja yang menjadi suatu keharusan dalam
organisasi yang dapat kita ambil manfaatnya. Seperti event yang kini
banyak diadakan dengan berbegai bentuk penyajian. Melainkan juga eksistensi
secara ilmiyahnya, yang sering kali diperoleh dari berbagai macam kajian diluar
perkuliahan.
Orang yg hebat tidak muncul dari pembuat event saja, mereka hanya akan menjadi orang tenar sesaat, berbeda dengan pemikir-pemikir hebat yang muncul dari kegiatan
yang dilengkapi dengan kajian, diskusi dan sabagainya. Mereka mampu mengkritisi,
paham betul akan situasi yang sebenarnya sekaligus peduli pada kehidupan
bersama, yang bukan hanya berorientasi pada keuntungan finansial semata.
Namun
sungguh disayangkan, kegiatan penting tersebut hanyalah sebatas sejarah yang
turut serta mengembangkan intelektual dan keprofesionalitasan organisatoris
terdahulu, bukan yang sekarang. Kegiatan intelektual seperti itu hanya sebatas
wacana bagi banyak
organisatoris masa kini.